A.
Lapisan
Tanah
Lapisan tanah yang berbeda
akan membedakan konduktivitas hidraulik pada setiap lapisan tanah tersebut.
Menurut Hilel (1980) bahwa setiap lapisan tanah yang berbeda pada suatu profil
tanah mempunyai konduktivitas hidraulik yang berbeda sehingga akan mempengaruhi
permeabilitas tanah yang selanjutnya akan mempengaruhi laju infiltrasi yang
terjadi.
Semakin
besar konduktivitas hidraulik tanah, akan semakin besar suatu tanah dapat
meloloskan air. Tanah porous memeliki laju infiltrasi lebi besar dari tanah
seragam dan berkerak.
Pada
tanah yang terdapat lapisan kerak, mempunyai konduktivitas hidraulik yang kecil,
berarti memperkecil laju infiltrasi yang terjadi. Dalam usaha memperbesar laju
infiltrasi tanah-tanah mempunyai lapisan kerak dengan memecahkan tanah dengan
pengolahan tanah atau dengan menanami tanah tersebut dengan vegetasi yang
mempunyai akar yang dapat menembus lapisan tersebut sehingga akan terjadi
rekahan-rekan yang memudahkan air masuk ke dalam tanah.
Lapisan
seragam hanya memiliki satu nilai konduktivitas hidrauli. Berdasarkan kondisi
ini maka infiltrasi dengan tanah pada lapisan seragam umumnya lebih tinggi dari
tanah yang lapisan tidak seragam. Tanah dengan lapisan tidak seragam akan
mempunyai nilai konduktivitas hidraulik yang berasal dari setiap lapisan yang
terlihat dari suatu profil tanah. Konduktivitas hidraulik yang bervariasi ini
akan mempengaruhi laju infiltrasi. Walaupun tanah mempunyai konduktivitas
hidraulik pada lapisan atas yang kecil (permukaannya) lsju infiltrasi akan
besar jika lapisan dibawahnya relatif besar.artinya laju infiltrasi tidak
dipengaruhi oleh lapisan permukaan saja, tetapi juga oleh semua lapisan yang
dimiliki oleh tanah tersebut.
Usaha
untuk memperbesar laju infiltrasi pada suatu tanah yang mempunyai sifat lapisan
tanah yang tak seragam adalah dengan
pengolahan tanah dalam atau mencampuradukan tanah tersebut sehingga
tanah mempunyai suatu nilai konduktivitas hidraulik. Dengan demikian hanya satu
nilai konduktivitas hidraulik saja yang mempengaruhi laju infiltrasi.
B.
Tipe
Tanah
Tipe
tanah (tekstur tanah) akan berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam menginfiltrasikan
curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah. Pada tanah yang mempunyai tekstur
kasar (berpasir) memliki laju infiltrasi yang lebih tinggi dari liat dan debu,
karena tanah pasir didominasi oleh tanah berpori makro yang berfungsi sebagai
lalulintas dalam memlalukan air. Ukuran butir liat jauh lebih kecil dari debu
dan pasir ruang porinya didominasi oleh pori-pori mikro sehingga laju
infiltrasi tanah liat lebih rendah dari bertekstur debu (Gambar 2). Walaupun
demikian tanah bertekstur halus (liat) memiliki kapasitas memegang air lebih
besar dari pada tanah pasir karna memiliki permukaan yang lebih luas. Tanah –
tanah berliat memiliki persentase porus yang lebih banyak yang berfungsi dalam
retensi air ( water retension) sehingga dapat menghambat laju infiltrasi karena
daya hantar airnya rendah (Soepardi, 1983). Hal ini terjadi karena kandungan
liatnya relatif tinggi sehingga lalulintas air menjadi terhambat, karena dalam
hal ini pori mikro lebih berperan.
Skaggs dalam Haan, et all, (1982) menyatakan bahwa
jumlah dan distribusi ukuran pori tanah mempengaruhi laju infiltrasi. Tanah
yang memiliki pori mikro (halus) banya akan memiliki laju infiltrasi yang
rendah yang tergolog halus seperti liat dan debu.
Tekstur
halus dengan ukuran pori yang kecil ini sangat lambat meloloskan air hujan
melalui pori – porinya, sehingga apabila curah hujan lebih besar turun maka
akan terjadi aliran permukaan (run off).
Untuk mengatasi laju infiltrasi yang lambat pada tanah yang bertekstur halus
seperti liat dan debu harus dilakukan pengolhana tanah. Dengan pengolahan tanah
amakan akan terbentuk struktur tanah yang lebih mudah menyerap air karena
terbentuk rekahan – rekahan tanah. Sedangkan pada tanah yang bertekstur kasar
(pasir) air akan lebih cepat hilang dari zona perakaran, karena laju
infiltrasinya tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan bahan
organik kedalam tanah untuk meningkatkan kemapuan tanah memegang air (water holding capacity) sehingga
meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman.
C.
Initial
Soil Mosture
Laju
infiltrasi awal pada tanah yang kering akan lebih tinggi bila dibandingkan pada tanah yang berada pada
kondisi yang lembab atau basah. Pada awal infiltrasi (pembasahan mulai terjadi)
dekat permukaan tanah gradien matriks pada setiap bidang yang basah tersebut
akan tinggi sehingga dapat meningkatkan infiltrasi. Laju infiltrasi akan
menurun sejalan dengan peningkatan waktu infiltrasi. Namun fase konstan
(kondisi kadara airny sama), maka laju infiltrasinya akan sama seperti
disajikan pada gambar 3 berikut ini.
Pada
gambar 3. Dapat dilihat bahwa tanah yang pada awalnya memiliki kadar air rendah
(kondisi kering) laju infiltrasinya jauh lebih cepat dari pada tanah yang kadar
airnya tinggi (basah). Hillel (1980) mengatakan bahwa kandungan air tanah
awalnya akan mempengaruhi laju infiltrasi. Pada tanah yang kandungan airnya
tinggi pori – porinya sudah banyak terisi oleh air (air dalam kondisi jenuh)
sehingga akan mengurangi jumlah air yang masuk ke dalam tanah. Sedangkan pada
tanah yang kering jumlah air yang masuk akan lebih banyak dan akan menyerap air
lebih cepat karena pori-pori yang terisi air lebih sedikit. Pada tanah yang
sudah basah akan lebih cepat terjadi aliran permukaan yang kondisi curah hujan
tinggi dapat mengakibatkan erosi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
pemberian mulsa.
D.
Penutup
Tanah
Penutupan
permukaan tanah akan mempengaruhi laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada tanah
yang ditutupi oleh mulsa dan serasah cenderung lebih besar dan konstan namun bila mulsa dan serah di buang maka laju
infiltrasi akan segera menurun, dan akan konstan setelah mencapai kapasitas
infiltrasi maksimum (jenuh). Seperti disajikan pada gambar 4.
Laju
infiltrasi yang tinggi pada tanah yang tertutup mulsa dapat disebabkan oleh hal
– hal sebagai berikut ; (1) mulsa secara langsung dapat meredam energi kinetik
dari pukulan air hujan yang menetes diatas permukaan tanah sehingga perusakan
agregat tanah dapat di cegah dengan demikian laju infiltrasi tetap tinggi, (2)
mulsa akan memperlambat laju aliran permukaan sehingga memberikan kesempatan
air meresap (infiltrasi) yang lebih lama, dan (3) secara tidak langsung mulsa
menciptakan lingkungan yang baik bagi aktifitas organisme tanah dan merupakan
sumber energi bagi organisme tanah dengan demikian maka aktifitas organisme
tanah akan semakin baik , ruang pori tanah banyak dan semakin gembur sehingga
infiltrasi dapat dipertahankan tetap tinggi. pada tanah terbuka laju infiltrasi rendah sehingga aliran permukaan akan
semakin besar. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan menanami lahan terbuka
tersebut dengan vegetasi. Usaha memperbesar laju infiltrasi juga dapat
dilakukan dengan tindakan konservasi tanah berupa oenutupan kembali mulsa
dengan sisa – sisa tanaman dan pembuatan guludan atau terasering sehingga dapat
memberikan kesempatan lebih lama kepada tanah untuk menginfiltrasikan air.
E.
Aktifitas
Mikroorganisme
Aktifitas
mikroorganisme tanahberpengaru terhadap laju infiltrasi tanah melalui peranan
dalam dekomposisi sisa – sisa tanaman, sehingga dapat meningkatkan bahan
organik tanah. Peningkatan kandungan bahan organik tanah akan memperbaiki sifat
fisika tanah terutama porositas dan distribusi ukuran poro sehingga laju
infiltrasi meningkat.
Organisme
tanah seperti cacing atau serangga akan meningkatkan distribusi rongga – rongga
atau pori di dalam tanah sehingga memperbesar resapan air. Selain itu sisa –
sisa makanan atau kotoran dari cacing dapat memperbaiki pori – pori tanah yang
akhirnya dapat meningkatkan laju infiltrasi
F.
Pengolahan
Tanah
Pada
tanah – tanah yang telah diolah, gerakan air kebawah sering terhambat pada
lapisan atas dimana agregat – agregat tanah terdispersi dan pori – pori telah
tersumbat oleh liat dan debu atau lapisan bajak yang terjadi akibat pengolahan
tanah pada keadaan basah dengan bajak berulang kali (Arsyad S. 2000). Menurut
Suripin (2002), anah yang telah diolah secara sepintas memang dapat
meningkatkan kapasitas infiltrasi karena telah menjadi gembur, akan tetapi
pengaruh ini hanya sementara, tanah yang gembur akan menjadi lebih mudah hancur
oleh butiran – buiran hujan.
Pegolahan
tanah yang berlebihan seperti melakukan pembajakan dan garu yang berulang –
ulang sampai permukaan tanah menjadi ersih dan licin, manakala terjadi
hujan,permukaan tanaha kan pecah oleh butiran – butiran air hujan. Air hujan
masuk kedalam pori – pori tanah yang akhirnya menjadikan tanah berkerak (crusting). Tanah dengan lapisan berkerak
akan mempunyai konduktifitas hidraulik yang kecil, berarti akan memperkecil
laju infiltrasi yang terjadi sehingga laju infiltrasi menjadi rendah.
Upaya
yang dapat dilakukan tidak melakukan pengolahan tanah yang berlebihan, dan sisa
tanaman hasil panen harus dibenamkan kedalam tanah agar terbentuk agregat tanah
yang baik dan juga ketika musim
penghujan tanah lebih mudah menyerap air.
G.
Penggunaan
Lahan
Tanah
berpenutupan permanen seperti bangunan dan jalan raya akan menhambat laju
infiltrasi. Sehingga run off akan lebih sering terjadi pada tanag perpenutupan
permanen. Untuk dapa meningkatkan laju infiltrasi maka pada tanah berpenutupan
permanen harus di buat inovasi berupa pembuatan lubang serapan biopori,
sedangkan pada lahan berpenutupan vegetasi sebaiknya ditanam secara rapat
ataupun jika di lereng makan harus ditanam menurut kontur agar laju run off
lebih sedikit dan laju infiltrasi lebih banyak