Pages

Minggu, 09 November 2014

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU INFILTRASI


A.     Lapisan Tanah
Lapisan tanah yang berbeda akan membedakan konduktivitas hidraulik pada setiap lapisan tanah tersebut. Menurut Hilel (1980) bahwa setiap lapisan tanah yang berbeda pada suatu profil tanah mempunyai konduktivitas hidraulik yang berbeda sehingga akan mempengaruhi permeabilitas tanah yang selanjutnya akan mempengaruhi laju infiltrasi yang terjadi. 
Semakin besar konduktivitas hidraulik tanah, akan semakin besar suatu tanah dapat meloloskan air. Tanah porous memeliki laju infiltrasi lebi besar dari tanah seragam dan berkerak.
Pada tanah yang terdapat lapisan kerak, mempunyai konduktivitas hidraulik yang kecil, berarti memperkecil laju infiltrasi yang terjadi. Dalam usaha memperbesar laju infiltrasi tanah-tanah mempunyai lapisan kerak dengan memecahkan tanah dengan pengolahan tanah atau dengan menanami tanah tersebut dengan vegetasi yang mempunyai akar yang dapat menembus lapisan tersebut sehingga akan terjadi rekahan-rekan yang memudahkan air masuk ke dalam tanah.
Lapisan seragam hanya memiliki satu nilai konduktivitas hidrauli. Berdasarkan kondisi ini maka infiltrasi dengan tanah pada lapisan seragam umumnya lebih tinggi dari tanah yang lapisan tidak seragam. Tanah dengan lapisan tidak seragam akan mempunyai nilai konduktivitas hidraulik yang berasal dari setiap lapisan yang terlihat dari suatu profil tanah. Konduktivitas hidraulik yang bervariasi ini akan mempengaruhi laju infiltrasi. Walaupun tanah mempunyai konduktivitas hidraulik pada lapisan atas yang kecil (permukaannya) lsju infiltrasi akan besar jika lapisan dibawahnya relatif besar.artinya laju infiltrasi tidak dipengaruhi oleh lapisan permukaan saja, tetapi juga oleh semua lapisan yang dimiliki oleh tanah tersebut.
Usaha untuk memperbesar laju infiltrasi pada suatu tanah yang mempunyai sifat lapisan tanah yang tak seragam adalah dengan  pengolahan tanah dalam atau mencampuradukan tanah tersebut sehingga tanah mempunyai suatu nilai konduktivitas hidraulik. Dengan demikian hanya satu nilai konduktivitas hidraulik saja yang mempengaruhi laju infiltrasi.
B.    Tipe Tanah
Tipe tanah (tekstur tanah) akan berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam menginfiltrasikan curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah. Pada tanah yang mempunyai tekstur kasar (berpasir) memliki laju infiltrasi yang lebih tinggi dari liat dan debu, karena tanah pasir didominasi oleh tanah berpori makro yang berfungsi sebagai lalulintas dalam memlalukan air. Ukuran butir liat jauh lebih kecil dari debu dan pasir ruang porinya didominasi oleh pori-pori mikro sehingga laju infiltrasi tanah liat lebih rendah dari bertekstur debu (Gambar 2). Walaupun demikian tanah bertekstur halus (liat) memiliki kapasitas memegang air lebih besar dari pada tanah pasir karna memiliki permukaan yang lebih luas. Tanah – tanah berliat memiliki persentase porus yang lebih banyak yang berfungsi dalam retensi air ( water retension) sehingga dapat menghambat laju infiltrasi karena daya hantar airnya rendah (Soepardi, 1983). Hal ini terjadi karena kandungan liatnya relatif tinggi sehingga lalulintas air menjadi terhambat, karena dalam hal ini pori mikro lebih berperan.
Skaggs dalam Haan, et all, (1982) menyatakan bahwa jumlah dan distribusi ukuran pori tanah mempengaruhi laju infiltrasi. Tanah yang memiliki pori mikro (halus) banya akan memiliki laju infiltrasi yang rendah yang tergolog halus seperti liat dan debu.

Tekstur halus dengan ukuran pori yang kecil ini sangat lambat meloloskan air hujan melalui pori – porinya, sehingga apabila curah hujan lebih besar turun maka akan terjadi aliran permukaan (run off). Untuk mengatasi laju infiltrasi yang lambat pada tanah yang bertekstur halus seperti liat dan debu harus dilakukan pengolhana tanah. Dengan pengolahan tanah amakan akan terbentuk struktur tanah yang lebih mudah menyerap air karena terbentuk rekahan – rekahan tanah. Sedangkan pada tanah yang bertekstur kasar (pasir) air akan lebih cepat hilang dari zona perakaran, karena laju infiltrasinya tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan bahan organik kedalam tanah untuk meningkatkan kemapuan tanah memegang air (water holding capacity) sehingga meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman.
C.    Initial Soil Mosture
Laju infiltrasi awal pada tanah yang kering akan lebih tinggi  bila dibandingkan pada tanah yang berada pada kondisi yang lembab atau basah. Pada awal infiltrasi (pembasahan mulai terjadi) dekat permukaan tanah gradien matriks pada setiap bidang yang basah tersebut akan tinggi sehingga dapat meningkatkan infiltrasi. Laju infiltrasi akan menurun sejalan dengan peningkatan waktu infiltrasi. Namun fase konstan (kondisi kadara airny sama), maka laju infiltrasinya akan sama seperti disajikan pada gambar 3 berikut ini.

Pada gambar 3. Dapat dilihat bahwa tanah yang pada awalnya memiliki kadar air rendah (kondisi kering) laju infiltrasinya jauh lebih cepat dari pada tanah yang kadar airnya tinggi (basah). Hillel (1980) mengatakan bahwa kandungan air tanah awalnya akan mempengaruhi laju infiltrasi. Pada tanah yang kandungan airnya tinggi pori – porinya sudah banyak terisi oleh air (air dalam kondisi jenuh) sehingga akan mengurangi jumlah air yang masuk ke dalam tanah. Sedangkan pada tanah yang kering jumlah air yang masuk akan lebih banyak dan akan menyerap air lebih cepat karena pori-pori yang terisi air lebih sedikit. Pada tanah yang sudah basah akan lebih cepat terjadi aliran permukaan yang kondisi curah hujan tinggi dapat mengakibatkan erosi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian mulsa.
D.    Penutup Tanah
Penutupan permukaan tanah akan mempengaruhi laju infiltrasi. Laju infiltrasi pada tanah yang ditutupi oleh mulsa dan serasah cenderung lebih besar dan konstan  namun bila mulsa dan serah di buang maka laju infiltrasi akan segera menurun, dan akan konstan setelah mencapai kapasitas infiltrasi maksimum (jenuh). Seperti disajikan pada gambar 4.
Laju infiltrasi yang tinggi pada tanah yang tertutup mulsa dapat disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut ; (1) mulsa secara langsung dapat meredam energi kinetik dari pukulan air hujan yang menetes diatas permukaan tanah sehingga perusakan agregat tanah dapat di cegah dengan demikian laju infiltrasi tetap tinggi, (2) mulsa akan memperlambat laju aliran permukaan sehingga memberikan kesempatan air meresap (infiltrasi) yang lebih lama, dan (3) secara tidak langsung mulsa menciptakan lingkungan yang baik bagi aktifitas organisme tanah dan merupakan sumber energi bagi organisme tanah dengan demikian maka aktifitas organisme tanah akan semakin baik , ruang pori tanah banyak dan semakin gembur sehingga infiltrasi dapat dipertahankan tetap tinggi. pada tanah terbuka laju infiltrasi rendah sehingga aliran permukaan akan semakin besar. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan menanami lahan terbuka tersebut dengan vegetasi. Usaha memperbesar laju infiltrasi juga dapat dilakukan dengan tindakan konservasi tanah berupa oenutupan kembali mulsa dengan sisa – sisa tanaman dan pembuatan guludan atau terasering sehingga dapat memberikan kesempatan lebih lama kepada tanah untuk menginfiltrasikan air.
E.     Aktifitas Mikroorganisme
Aktifitas mikroorganisme tanahberpengaru terhadap laju infiltrasi tanah melalui peranan dalam dekomposisi sisa – sisa tanaman, sehingga dapat meningkatkan bahan organik tanah. Peningkatan kandungan bahan organik tanah akan memperbaiki sifat fisika tanah terutama porositas dan distribusi ukuran poro sehingga laju infiltrasi meningkat.
Organisme tanah seperti cacing atau serangga akan meningkatkan distribusi rongga – rongga atau pori di dalam tanah sehingga memperbesar resapan air. Selain itu sisa – sisa makanan atau kotoran dari cacing dapat memperbaiki pori – pori tanah yang akhirnya dapat meningkatkan laju infiltrasi
F.     Pengolahan Tanah
Pada tanah – tanah yang telah diolah, gerakan air kebawah sering terhambat pada lapisan atas dimana agregat – agregat tanah terdispersi dan pori – pori telah tersumbat oleh liat dan debu atau lapisan bajak yang terjadi akibat pengolahan tanah pada keadaan basah dengan bajak berulang kali (Arsyad S. 2000). Menurut Suripin (2002), anah yang telah diolah secara sepintas memang dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi karena telah menjadi gembur, akan tetapi pengaruh ini hanya sementara, tanah yang gembur akan menjadi lebih mudah hancur oleh butiran – buiran hujan.
Pegolahan tanah yang berlebihan seperti melakukan pembajakan dan garu yang berulang – ulang sampai permukaan tanah menjadi ersih dan licin, manakala terjadi hujan,permukaan tanaha kan pecah oleh butiran – butiran air hujan. Air hujan masuk kedalam pori – pori tanah yang akhirnya menjadikan tanah berkerak (crusting). Tanah dengan lapisan berkerak akan mempunyai konduktifitas hidraulik yang kecil, berarti akan memperkecil laju infiltrasi yang terjadi sehingga laju infiltrasi menjadi rendah.
Upaya yang dapat dilakukan tidak melakukan pengolahan tanah yang berlebihan, dan sisa tanaman hasil panen harus dibenamkan kedalam tanah agar terbentuk agregat tanah yang baik  dan juga ketika musim penghujan tanah lebih mudah menyerap air.
G.    Penggunaan Lahan

Tanah berpenutupan permanen seperti bangunan dan jalan raya akan menhambat laju infiltrasi. Sehingga run off akan lebih sering terjadi pada tanag perpenutupan permanen. Untuk dapa meningkatkan laju infiltrasi maka pada tanah berpenutupan permanen harus di buat inovasi berupa pembuatan lubang serapan biopori, sedangkan pada lahan berpenutupan vegetasi sebaiknya ditanam secara rapat ataupun jika di lereng makan harus ditanam menurut kontur agar laju run off lebih sedikit dan laju infiltrasi lebih banyak 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar