I. PENDAHULUAN
1.
1. Latar Belakang
Tanah
merupakan tempat manusia melakukan semua bentuk aktivitas kehidupannya. Salah
satu fungsi tanah tersebut adalah sebagai tempat pertumbuhan tanaman. Tanah
sebagai media pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak begitu saja menunjang
keberhasilan usaha, ada kalanya hasil usaha tanaman itu memuaskan tetapi ada
pula yang menyedihkan. Hal ini terjadi karena, tanah sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup tanaman. Pengaruh-pengaruh itu antara lain
temperature tanah, kelembaban tanah, unsure hara, dan permeabilitas.
Secara
umum, sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk
berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air,
drainase, penetrasi akar tanaman, tata udara dan pengikatan unsure hara,
semuanya sangat erat kaitannnya dengan sifat fisik tanah. Intinya, tanah adalah
suatu system yang terdiri dari tiga fase, yaitu padat, cair dan gas. Fase padat
terdiri dari mineral dan bahan organic. Fase cair adalah larutan yang mengisi
ruang-ruang diantara fase padat. Ruang yang tidak terisi fase cair ditempati
oleh gas (Pairunan et al. 1985).
Tanah
memiliki masa, yang dimaksudkan disini adalah berat tanah. Berat jenis butiran
adalah berat dari satu satuan volume fase padat tanah. Volume butiran tanah
yang sama dengan jumlah air yang diganti tempat oleh tanah dapat dihitung. Sementara
berat isi adalah berat (massa) satu satuan volume tanah kering, umumnya
dinyatakan dalam gr/cm3. Disini, kerapatan limbak (bulk density)
juga mempengaruhi tingkat temperature dan kelembaban tanah. Hal ini dikarenakan
semakin besar ruang porinya maka akan semakin kecil kerapatan limbaknya.
Kandungan bahan organic juga berperan dalam pengembangan struktur. Dalam hal
pengelolaan lahan pertanian hal-hal yang meliputi, massa tanah, presentasi pori
perlu diperhatikan upaya evaluasi kesuburan tanah guna mencapai produktivitas
yang maksimal.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui :
1.
Mengetahui cara penetapan BD dan PD
tanah
2.
Mengetahui perbedaan nilai BD dan PD
pada beberapa jenis horizon
3.
Mengetahui % Pori
4.
Mengetahui % FC (Field Capacity)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Berat (Massa) Tanah
Massa
tanah, lebih sering dipakai istilah berat tanah, dapat dinyatakan dalam dua cara : (1) berta (massa) jenis
butiran padat dan (2) berat isi, yaitu berat suatu volume tanah dalam keadaan
struktur alamiah
2.1.1 Berat Jenis Butiran
Berat jenis butiran adalah berat
dari satu satuan volume fase padat tanah, biasanya dinyatakan dalam gram per cm3.
Berat jenis butiran diukur dengan piknometer. Piknometer yang berisi penuh air
ditimbang. Kemudia piknometer tersebut yang telah dikosongkan dari air diisi
dengan sejumlah berat tertentu tanah dan ditambah air untuk mengisi penuh
piknometer. Piknometer ditimbang kembali. Volume butiran tanah yang sama dengan
jumlah air yang diganti tempat oleh tanah dapat dihitung.
Berat jenis butiran tanah beragam antara 2.6 – 2.7 g/cm3.
Berat jenis rata-rata butiran tanah mineral biasanya dianggap 2.65 g/cm3
untuk kepentingan praktis. Sebagai perbandingan beratjenis tanah-tanah organic
jauh lebih kecil, yaitu sekitar 0,5-0,8 g/cm3. Berat jenis butiran
tidak berubah dengan ukuran butir atau dengan perubahan pori-pori. Berat jenis
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.
Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan
silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima
antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Berat jenis tanah
mineral rata-rata merupakan rata-rata berat jenis mineral yang paling banyak
terdapat dalam tanah. (lihat table 2.1)
Tabel
2.1 Berat Jenis Mineral yang umum terdapat dalam tanah
Mineral
|
Berat jenis (g/cm3)
|
Kwarsa
|
2.65
|
Ortoklas
|
2.56
|
Plagioklas
|
2.60 –
2.76
|
Mika
|
2.76 –
3.0
|
Liat
Silikat
|
2.0 –
2.7
|
Hidroksida
Fe dan Al
|
2.40 –
4.3
|
Sumber
: Pairunan et al (1985).
2.1.2 Berat isi (Bulk density, volume-weight)
Berat isi adalah berat (massa) satu satuan
volume tanah kering, umumnya dinyatakan dalam gram per cm3. Volume
tanah termasuk volume butiran padat dan ruang pori.
Kerapatan Masa Tanah menyatakan berat tanah, dimana
seluruh ruang tanah diduduki butir padat dan pori yang masuk dalam perhitungan.
Berat volume dinyatakan dalam masa suatu kesatuan volume tanah kering. Volume
yang dimaksudkan adalah menyangkut benda padat dan pori yang terkandung di
dalam tanah. (www.beratbutirtanah.com)
Berat
isi berguna untuk menghitung berat tanah di lapangan misalnya berat 1 Ha tanah
di lapangan. Berat isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah. Tanah yang
renggang berpori-pori mempunyai bobot kecil per satuan volume dan tanah yang
padat berbobot tinggi per satuan volume. Tanah yang bertekstur halus mempunyai
porositas tinggi dan berat isi yang lebih rendah daripada tanah berpasir.
Tabel 2.2 Berat Isi tanah dari berbagai Tekstur
Kelas
Tekstur
|
Berat
Isi
|
Porositas
|
Pasir
|
1.55
|
42
|
Lempung
berpasir
|
1.40
|
48
|
Lempung
berpasir halus
|
1.30
|
51
|
Lempung
|
1.20
|
55
|
Lempung
bedebu
|
1.15
|
56
|
Lempung
berliat
|
1.10
|
59
|
Liat
|
1.05
|
60
|
Liat
Beragregat
|
1.00
|
62
|
Sumber : Pairunan et al, 1985.
Kerapatan Butir Tanah menyatakan berat
butir-butir padat tanah yang terkandung di dalam tanah. Menghitung kerapatan
butir tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan
hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel
setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang
partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata–rata
sekitar 2, 6 gram/cm3. Kandungan bahan organic di dalam tanah sangat
mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan
butirnya lebih kecil dari subsoil. Walau demikian kerapatan butir tanah tidak
berbeda banyak pada tanah yang berbeda, jika tidak, akan terdapat suatu variasi
yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organik atau komposisi mineral (
Foth, 1995 ).
Bahan
organic memperkecil berat isi tanah karena bahan organic jauh lebih ringan dari
pada mineral, dan bahan organic memperbesar porositas tanah. Berat isi
menggambarkan keadaan tekstur, struktur dan porositas.
2.1.3
Porositas Tanah
Porositas adalah proporsi ruang pori total
(ruang kosong) tang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati
oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi
tanah. Porositas dapat ditentukan melalui 2 cara, yaitu menghitung selisih
bobot tanah jenuh dengan bobot tanah kering dan menghitung ukuran volume tanah
yang ditempati bahan padat.
Komposisi pori-pori tanah ideal terbentuk
dari kombinasi fraksi debu, pasir, dan lempung. Porositas itu sendiri
mencerminkan tingkat kesarangan untuk dilalui aliran masa air (permeabilitas,
jarak per waktu) atau kecepatan aliran air untuk melewati masa tanah
(perkolasi, waktu per jarak). Kedua indikator ini ditentukan oleh semacam pipa
berukuran non kapiler (yang terbentuk dari pori-pori makro dan meso yang
berhubungan secara kontinu) di dalam tanah. Hal tersebut menekankan bahwa tanah
permukaan yang berpasir memiliki porositas lebih kecil daripada tanah liat.
Sebab tanah pasir memiliki ruang pori total yang mungkin rendah tetapi mempinyai
proporsi yang besar yang disusun oleh komposisi pori-pori yang besar yang
efisien dalam pergerakan udara dan airnya.
Ini berarti karena prosentase volume yang
terisi pori-pori kecil pada tanah pasir menyebabkan kapasitas menahan air nya
rendah. Maka tanah-tanah yang memiliki tekstur halus, memiliki ruang pori lebih
banyak dan disusun oleh pori-pori kecil karena proporsinya relatif besar.
2.2
Faktor
Yang Mempengaruhi Bulk Density (BD) Dan Partikel Density (PD) Tanah
Kerapatan partikel (Bulk Density) merupakan
berat partikel persatuan volume tanah beserta porinya. Kisaran kerapatan limbat
tanah berfariasi cukup lebar tergantung ruang pori dan tekstur tanahnya. Bahan
organik mineral juga mempengaruhi kerapatan limbat. Bahan organik ini berperan
dalam pengembangan struktur. Semakin tinggi kandungan bahan organiknya semakin
berkembang struktur tanah yang dapat mengakibatkan bongkah semakin kecil
(Hartati,2001).
Ada
beberapa factor yang mempengaruhi BD dan PD tanah.
-
Tekstur
Tekstur tanah dapat diartikan
sebagai penampilan visual suatu tanah berdasarkan komposisi kualitatif dari
ukuran butiran tanah dalam suatu massa tanah tertentu. Tekstur tanah menunjukan
komposisi partikel penyusun tanah (Hanafiah,2005)
-
Bahan
Organik
Bahan organik biasanya berasal dari
proses pelapukan batuan. Bahan organik komposisinya didalam taha memang sedikit
yaitu berkisar 3-5% tapi pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan
sifat-sifat tanah. Bahan organik dalam tanah terdiri atas bahan organik kasar
dan bahan organik halus (Hanafiah,2005)
-
Struktur
Struktur tanah merupakan
gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer
tanah satu sama lain. Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena prose
salami ). Clod juga merupakan unit gumpalan tanah teatpi terbentuknya bukan
karena proses alami (misanya karena pencangkulan tusukan pisau dan sebagainya)
(hanafiah,2005).
2.3
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Persen (%) Pori
Ruang pori merupakan bagian volume
tanah yang ditempati oleh air dan udara, keseimbangan antara udara dan air yang
menempati ruang pori ditentukan oleh uuran pori.
Ada
beberapa factor yang mempengaruhi % pori
-
Kandunan bahan organik
-
Struktur tanah
-
Tekstur tanah
Porositas tanah tinggi kalau bahan
organik tinggi tanah-tanh dengan struktur granuler atau remah,mempunyai
porositas yang lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan struktur massive
(pejal).tanah denag tkstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga
sulit menahan air.(Hardjowigeno,1987).
2.4
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Persen (%) Field Capacity (FC)
Kapasitas lapang (field capacity)
menunjukkan keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan oleh tan ah terhadap gaya gravitasi. Kapsitas
lapang ini sangat dipengaruhi tingkat kelembaban tanah yang sangat penting bagi
pertumbuhhan tanaman. (Hanafiah, 2005).
2.5
Komponen Penyusun Tanah
Tanah
merupakan suatu system yang ada dalam keseimbangan dinamis dengan lingkungannya
(lingkungan hidup atau pun lingkungan lainnya). Tanah tersusun atas 5 komponen
yaitu :
2.2.1.
Partikel Mineral
Partikel
mineral dapat berupa fraksi anorganik, hasil perombakan bahan-bahan batuan dan
anorganik yang terdapat di permukaan buk.
2.2.2
Bahan Induk/Bahan Organik lainnya
Dalam
proses pembentukan tanah juga terdapat bahan induk tersebut bersumber dari batuan
dan bahan organic. Batuan dapat di definisikan sebagai bahan padat yang terjai
didalam membentuk kerak bumi,batuan pada umumnya tersusun atas dua mineral atau lebih.berdasarkan cara terbentuknya
batuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis batuan,yaitu beku,batuan endapan
danbatuan sedimen.
Bahan
Organik lainnya dapat berupa sisa-sisa tanaman yang telah lapuk, ataupun
pengendapan binatang dan berbagai hasil kotoran binatang.
2.2.3.
Air
Air mempunyai
beberapa funsi penting dalam tanah.air penting dalam pelapukan mineral dan bahan organik,yaitu reaksi yang
menyiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman.air berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman.akan
tetapi bila air terlalu banyak,hara-hara yang bolil dapat hilang tercuci dari
lingkungan perakaran atau bila
evaprorasi tinggi, garam-garam terlarut
mungkin terangkut ke lapisan atas tanah dan kadang-kadang tertimbun dalam jumlah yang dapat merusakan tanah.air yang berlebihan juga membatasi
pergerakan udara di dalam tanah,dan merintani akar tanaman memperoleh O2
.karena itu air dapat berguna atu merugikan bagi pertumbuhan tanaman,tergantung pada jumlah air yang ada
dalam tanah.
Air juga berpengaruh penting pada sifat fisik tanah. Kandungan air dalam
tanah sangat berpengaruh pada konsistensi
tanah,dan kesesuaian tanah untuk
di olah. begitu pula variasi kandungan air mempengaruhi daya dukung tanah .
Tiga
fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman :(1) memperoleh
air dalam tanah(2) penyimpanan sementara air dalam pori-pori tanah,dan(3)
penyerahan air yang di simpan ke akar-akar tanaman.jumlah air yang di peroleh
tanah sebagai bergantung pada kemampuan tanah menyerap cepat dan meneruskan air
yang di tarima di permukaan tanah ke bawah akan tetapi jumlah ini juga di pengaruhi
oleh factor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan
sepanjang tahun .dalam kebanyakan hal penyimpanan air,penyerahan air ke akar
mencrminkan konfigurasi pori dalam tanah.
2.2.4.
Udara Tanah
Unsur udara selain berperan memindahkan debu-debu
yang telah terbentuk, juga berperan dalam menggerakan uap air di angkasa
sehingga terjadi sirkulasi air yang teratur. Udara yang mengandung
karbondioksida dan air merupakan unsure kimiawi dalam pembentukkan tanah
stadium pertama, sedangkan kegiatan matahari dapat dinyatakan sebagai factor
mekanis, dalam pembentukan tanah tersebut.
2.2.5.
Jasad Renik
Semua
mahluk hidup ,baik hidup hidupnya mampu sudah mati mempunyai pengaruh terhadap
pembentukan tanah .Diantara mahluk yang paling berpengaruh adalah vegetasi
karena jumlahnya banyak dan berkedudukan tepat untuk waktu yang lama,sedangkan
hewan dan manusia berpenngaruh tidak langsung melalui vegetasi.
Jasad
renik (Mikro organism)dalam tanah mempunyai peranan dalam proses peruraian
bahan organic menjadi unsur hara dapat di serap oleh akar tanaman dan
pembentukan humus (bunda tanah). Cacing tanah aktif dalam peruraian
(dekomposisi)serasah.pada waktu malam hari cacing-cacing membawa guguran
dedaunan dan rerumputan kedalam lubang-lubangnya dan mencampur dengan mineral
–mineral tanah. Sekresi yang dikeluarkan mengandung Ca lebih banyak daripada
tanah disekitarnya.Lubang-lubang cacing akan mempengaruhi erosi dan pembebasan
air.
III. BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
3.1
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan di Laboratorium Prodi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Khairun Ternate, mulai dari tanggal 31 desember 2010.
3.2
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang di pakai dalam praktikum ini antara lain ring sampel, oven
mehmert, timbangan neraca 5 kg, ember, alat tulis menulis, mistar, air dan
tanah.
3.3
Metode praktikum
Metode
yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel
3.1 Jenis Pengamatan pada Praktikum
No
|
Jenis
Pengamatan
|
Metode
|
1.
2.
3.
4.
|
Bulk density (BD)
Particle density (PD)
Persen Pori (%)
Field Capacity (FC)
|
Ring sampel
Ring sampel
Hitungan
Ring sampel
|
Sumber : data
Primer, diolah. 2011
3.4.
Pelaksanaan Praktikum
Peleksanaan
praktikum ini mengikuti beberapa tahapan sebagai beirkut yaitu :
· Ring
sampel yang berisi tanah utuh lapisan I dan II ditimbang setelah dijenuhkan
untuk mengetahui nilai berat utuh
· Ring
sampel yang berisi tanah utuh lapisan I dan II ditimbang selanjutnya tanah
lapisan I dan II dijenuhkan /dimasukkan ke dalam ember yang berisi air sampai
pori yang berisi udara di desak keluar sehingga pori tanah terisi oleh air.
· Setelah
dijenuhkan kemudian ditimbang untuk mencari berat tanah lapisan I dan II
setelah dijenuhkan.
· Setelah
ditimbang tanah yang berada pada ring sampel dimasukkan ke dalam oven mehmert
dengan suhu 1050C selama 24 jam.
· Setelah
pengeringan selesai, selanjutnya dikeluarkan dari oven kemudian tanah dengan
ring sampel lapisan I dan II ditimbang untuk menghitung berat tanah kering.
3.5.
Teknik Analisa Data
Teknik Analisis data yang digunakan pada
praktikum ini menggunakan beberapa persamaan yang dapat dilihat pada table
dibawah ini :
Tabel
3.2 Persamaan dalam Teknik Analisa Data
No
|
Jenis Pengamatan
|
Persamaan
|
1
|
Partikel
desity (PD)
|
Berat tanah Utuh
PD
=………………………….
Volume Tanah
|
2
|
Persamaan
Bulk density
|
Berat Tanah
Kering
BD
= …………………………
Volume Tanah
|
3
|
Porositas
|
%
Pori = 1 – (BD/PD) x 100 %
|
4
|
Field
Capacity (FC)
|
B II – B III
FC
= …………………………. x 100 %
B III
|
Sumber : Rachman Abd. Penuntun
Praktikum DDIT.2010
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Hasil
dari preaktikum penetapan BD, PD, % Pori dan FC dapat dinyatakan dalam bentuk
table sebagai berikut :
Tabel
4.1 Hasil Praktikum
No
|
Sampel
Tanah
|
Volume
(cm3)
|
Berat
(Gram)
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|||
1
|
I
|
221,67
|
350
|
355
|
180
|
105
|
245
|
2
|
II
|
|
395
|
470
|
205
|
130
|
265
|
Sumber :data primer,
diolah 2010
Keterangan
:
Berat I : berat tanah dan berat
ring (sebelum dijenuhkan)
Berat II : berat tanah dan berat ring (setelah
dijenuhkan)
Berat III : berat tanah kering oven (1050
C)
Berat IV : berat ring sampel
Berat V : berat I – IV
Tabel 4.2 Nilai
BD, PD, persen (%) pori dan FC dilokasi praktek
No
|
Sampel
|
BD (gr/cm3)
|
PD (gr/cm3)
|
FC (%)
|
Porositas %
|
1.
2.
|
I
II
|
0.8
0.9
|
1.1
1.2
|
38.89
65.85
|
27
25
|
Sumber
: data primer diolah 2010
4.2
Pembahasan
Dari
table diatas dapat dianalisa bahwa Lapisan I dan Lapisan II memiliki Bulk density,
partikel dencity, % pori dan field capacity yang berbeda-beda.
Porositas
kaitannya dengan FC yaitu dimana seperti kita lihat pada tabel 4.2 Dimana semakin kecil % pori maka peluang
tersimpan air dalam tanah semakin sedikit, selain itu makin besar % pori maka
persen FC juga semakin besar.
Bulk
Density (BD)
Dari
data diatas menunjukkan adanya persamaan nilai antara lapisan I dan lapisan II.
Untuk nilai BD pada lapisan I dan lapisan II berbeda sedikit atau dapat
dikatakan hampir sama. Kondisi ini diakibatkan karena pada kedua lapisan ini
struktur tanahnya sama-sama gembur sehingga Bulk density pada kedua lapisan ini
hampir sama. Rendahnya nilai BD yang didapat maka dapat dikatakan bahwa tingkat
kepadatan dari tanah pada lapisan I dan II sangat rendah, meskipun terlihat
terlihat jelas adanya suatu perbandingan yang nyata dimana pada tanah lapisan I
lebih berpeluang menyimpan air dengan kondisi tanah yang kurang padat
dibandingkan dengan kondisi tanah pada lapisan II.
Partikel
Density (PD)
Makin
tinggi bulk density maka makin padat suatus tanah, yang berarti makin sulit
meneruskan atau di tembus akar tanaman (Hardjowigeno,1987). Namun pada lapisan
I untuk perkembangan tanaman sangat baik hampir sama pada lapisan II yang
memiliki kepadatan tanah yang sama pada lapisan I, sedangkan pada partikel
density (PD) tanah pada lapisan I lebih rendah Partikel Densitynya dibandingkan
dengan partikel density pada lapisan II, ini berarti menunjukkan kerapatan pada
tanah lapisan I lebih rendah dibandingkan kerapatan zarah pada laipsan II,
karena pada lapisan II kerapatan zarahnya tinggi. Untuk nilai PD, terdapat
perbedaan antar lapisan I dan II, untuk PD lapisan I nilai yang diperoleh 1.1 gr/cm3
sedangkan pada lapisan II nilai PD 1.2 gr/cm3, nilai PD pada lapisan
I lebih rendah dibandingkan nilai PD pada lapisan II.
Persen
(%) Pori Tanah
Pada
umumnya dalam tanah ada dua macam pori, pori
makro dan pori mikro, meskipun
ada garis batas. Hasil percobaan yang dilakukan dilaboratorium ternyata didapat
hasil 27 %, namun untuk lapisan II merupakan pori makro karena nilai dari pori
makro untuk lapisan II 25 %, pori makro. Menurut Sutanto (2005) tanah yang
ideal mempunyai porositas total 50% (padat : pori 1 : 1) ; pori besar
(kapasitas udara) : pori sedang ditambah pori kecil (kapasitas air) 2:3 tanah
geluh pasiran menunjukkan agihan yang lebih baik dilapisan permukaan.
Nilai
Field Capacity (FC)
Nilai
FC yang diperoleh untuk lapisan I sebesar 38.89 % sedangkan pada lapisan II
diperoleh nilai 65.85% hal ini menunjukan pada lapisan I nilai FC lebih rendah
dibandingakn pada lapisan II. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tekstur,
stuktur dan kadar bahan organik pada kedua lapisan tersebut. Semakin halus
tekstur dan perbedaan stuktur serta semakin banyak kadar bahan organik maka
kapasitas lapangnya semakin besar.
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik
beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1.
PD tanah pada lapisan I lebih kecil
tingkat kepadatannya dibandingkan lapisan II,
2. BD
tanah pada lapisan I memiliki kerapatan jenis lebih tinggi dibandingkan Lapisan
II,
3. Porositas
atau yang biasa disebut dengan pori kapiler, pada lapisan I lebih kecil
dibandingkan Lapisan II.
4.
Field Capacity (FC) Lapisan I lebih
tinggi dibandingkan dengan lapisan II.
5.2 Saran
Adapun
saran dari praktikum ini adalah agar kedepannya sampel tanah yang digunakan
dalam praktikum menggunakan beberapa sampel dalam perbandingan waktu
pengeringan tanah dalam oven. Sehingga dapat kita lihat perbedaan BD, PD, FC, %
Pori dengan presentase kadar air yang berbeda-beda di tiap lapisan.
Lampiran
=>
Menghitung Volume Ring Sampel :
Diketahui (Pada ring I dan ring II):
Diameter Ring (d) =
7,3 cm
Tinggi (t) = 5,3 cm
Jari-jari (r) =
½ (d) = ½ 7,3
=
(0,5) (7,3) = 3,65 cm
(Pada ring I dan ring II memiliki kesamaan diameter,
dan tinggi ring), sehingga :
Volume tanah =
∏ r2t
=
(3.14) (3.65)2 (5.3)
=
(3.14) (13.32) (5.3)
=
221,67 cm3
Jadi volume tanah pada kedua ring sampel adalah sama
yaiu 221,67 cm3
DAFTAR
PUSTAKA
Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press.
Jakarta.
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediatama Sarana.
Jakarta.
Hartati,
TT.2001. Perbaikan Sifat Psament Melalui
Pemberian Bahan Andisol Dan Limbah Olahan Sagu. Program Pasca Sarjana
Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. (Thesis).
Pairun
dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur.
Makasar.
Rahman
Abd. I Penuntun Praktikum DDIT.2010.
Sutedjo, MM. 2005. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah Dan Tanah Pertanian. Rineka
Cipta. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar