Pages

Sabtu, 26 Mei 2012

Laporan Praktikum (Tekstur Tanah Di Kec. Oba)


I.                   PENDAHULUAN

            Latar Belakang
Tanaah sebagai media pertumbuhan tanaman tidak begitu saja menunjang usaha penanaman, ada kalanya demikian menyediakan tapi kadanhg memuaskan  hal ini tidak lain karena tanah memberikan berbagai pengaruh tanaman. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain temperatur tanah, kelembaban, permeblitas ketersedian unsur hara, biota tanah dan sifat lainnya  kesemuanya itu menunjang kehidupan dan perkembangan tanaman.
Tanah merupakan suatu bentuk alami yang heterogen yang terdiri dari fase padat, cair dan gas memiliki perilaku dinamik terbentuk sebagai hasil interaksi antara iklimdan jasad hidup terhadap suatu bahan induk d bawah kondisi topografipada suatu periode tertentu.
Di antara faktor-faktor di atas yang memegang peranan cukup penting adalah ketersedian unsur hara dan komposisi mineral.
Sifat fisik tanah juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sebagaaimedia tumbuh tanah adalah ebagai tempata aktifitas mencari ruang penetrasi (menelusup), baik secara lateral maupun vertikal. Kemampuan tanah untuk penetrasi ini tergantung pada ruang pori yang terbentuk di antara partikel tanah (tekstur dan struktur). Kerapatan porositas  menentukan kemudahan air untuk bersirkulasi dengan udara (drainase dan aerasi) sifat fisik tanah adalah warna dan suhu tanah.
Pada praktikum kali ini kami mengambil beberapa sampel tanah yang ada di desa kusu kec. Oba utara dan mengidentifikasi di lboratorium dalam hal ini menganalisis tekstur yang di miliki masing-masing horizon atau lapisan.

            Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tekstur tanah yang ada pada setiap lapisan yang terdapat pada desa kusu kec. Oba utara.

            Manfaat Praktikum

Manfaat dari peaktkum ini adalah diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa dan para pembaca lainnya untuk jadikan sebagai bahan acuan dalam untuk identifikasi tanah di Desa Kusu nantinya.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

            Faktor-Faktor Pembentuk Tanah 

Batuan Induk (Parent Material)

Material penyusun tanah dapat berasal dari hasil pelapukan batuan induknya atau material yang berasal dari hasil transportasi dari tempat lain, seperti colluvium dan alluvium. Endapan yang sudah ada dapat tercampur dengan berbagai cara, yaitu tercampur dengan tanah yang lebih tua, bahan organik termasuk gambut atau humus dan material antropogenik seperti tanah uruk atau limbah tambang. Beberapa tanah terbentuk secara langsung dari hasil rombakan batuan yang ada dibawahnya. Tanah semacam ini disebut sebagai tanah residu dan tanah residu memiliki komposisi kimia yang sama dengan batuan induknya.   Kebanyakan tanah berasal dari material hasil transportasi dari tempat lain melalui media angin, angin dan gaya gravitasi. Tanah Loess adalah tanah yang ditransport melalui media angin, banyak dijumpai di Amerika Bagian Tengah dan Asia Tengah.  Glacial Till adalah komponen tanah yang banyak dijumpai di belahan bumi bagian utara dan selatan yang berasal dari pegunungan yang sangat luas. Till adalah material hasil dari perpindahan es di daratan, dimana proses perpindahan es ini dapat merombak batuan-batuan yang besar menjadi kepingan kepingan yang berukuran sangat kecil serta  mampu memilah kepingan-kepingan batuan dalam ukuran yang berbeda beda. Apabila es ini mencair, maka airnya dapat memindahkan material hasil rombakan dan mengendapkannya ditempat tempat tertentu dengan jarak yang bervariasi dari tempat asalnya.   Pelapukan merupakan tahap awal dalam mentransformasi  bahan induk kedalam bahan tanah. Dalam pembentukan tanah yang berasal dari batuan induk, lapisan yang tebal dari material pelapukan disebut sebagai saprolite. Saprolite merupakan hasil dari proses pelapukan termasuk didalamnya proses hidrolisis (penggantian kation-kation pada mineral dengan ion-ion hidrogen), proses hidrasi (penyerapan air oleh mineral-mineral), pelarutan mineral-mineral oleh air, dan proses fisika, seperti pembekuan, penguapan dan pengeringan. Komposisi  mineral dan kimia batuan induk ditambah dengan sifat fisiknya seperti ukuran butir, tingkat kepadatan batuan, kecepatan dan jenis pelapukan merupakan faktor-faktor dalam proses transformasi dari batuan induk kedalam material tanah.  

Iklim (Climate)

Pembentukan tanah sangat tergantung pada cuaca / iklim, dan sebagaimana diketahui bahwa tanah yang berasal dari iklim yang berbeda akan tercermin dari sifat-sifat tanahnya. Angin menggerakan pasir dan partikel-partikel lainnya, khususnya di daerah yang beriklim kering (arid region) dimana di daerah ini biasanya tutupan lahannya/ tanaman jarang dijumpai. Jenis dan jumlah penguapan yang terlibat dalam pembentukan tanah yaitu melalui perpindahan ion-ion dan partikel-partikel didalam tanah, penambahan pada perkembangan profil tanah yang berbeda beda. Perubahan musim dan fluktuasi temperatur harian berakibat pada efektivitas dari air dalam proses pelapukan batuan induk dan berdampak pada dinamika tanah. Siklus perubahan cuaca yang ekstrim merupakan proses yang efektif untuk memecah batuan dan material yang terkonsolidasi. Temperatur dan Kecepatan peguapan berpengaruh pada aktivitas organnisme, kecepatan reaksi kimia dan jenis tutupan lahan. 

Organisme (Biological factors)
             
Tumbuh tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dan manusia merupakan faktor yang berpengaruh pada pembentukan tanah. Binatang dan mikro-organisme bercampur di dalam tanah membentuk lubang-lubang (burrow) dan pori-pori yang memungkinkan tanah menjadi lembab dan gas/udara dapat masuk kedalam tanah hingga kelapisan yang terdalam. Dengan cara yang sama, akar tanaman membuka saluran-saluran di dalam tanah, terutama tanaman tanaman berakar tunggal yang dapat menembus hingga beberapa meter, menembus lapisan-lapisan tanah yang berbeda beda untuk membawa makanan kedalam lapisan-lapisan tanah yang paling dalam. Tanaman-tanaman yang berakar serabut yang tersebar dekat dengan permukaan tanah, berperan dalam terjadinya dekomposisi dan bertambahnya bahan organik. Mikro organisme, termasuk jamur dan bakteri, berperan dalam terjadinya pertukaran secara kimiawi antara akar dan tanah dan bertindak sebagai penyedia makanan. Peran manusia dalam pembentukan tanah adalah dalam hal merubah tutupan lahan; perubahan lahan dapat berakibat terjadinya erosi dan dapat juga terjadinya pencapuran lapisan laisan tanah yang berbeda-beda, serta mulainya proses pembentukan tanah.   Dampak tanaman terhadap tanah dapat terjadi dengan berbagai cara. Tanaman dapat mencegah erosi dari guyuran air hujan atau air permukaan. Tanaman juga menjaga kelembaban tanah terhadap penguapan yang menjadi lambat dan tanah tetap dingin, atau dapat menyebabkan tanah menjadi kering karena proses transpirasi. Tanaman dapat berperan secara kimiawi melaui proses merombak atau membangun partikel-partikel tanah. Tanaman sangat tergantung pada iklim, bentuk topografi lahan dan faktor faktor biologinya.
  
Topografi (Relief)
            Topografi / relief permukaan bumi juga menjadi pengontrol dalam proses pembentukan tanah. Pada topografi yang curam, rombakan batuan yang terdapat dipuncak puncak bukit dapat dipindahkan ke kaki bukit melalui lereng akibat gaya gravitasi. Demikian pula dengan lapisan-lapisan tanah yang terdapat di puncak puncak bukit dapat tererosi dan ter-tranport ke bagian kaki bukit dan atau terbawa oleh air permukaan (surface runoff) yang kemudian akhirnya masuk kedalam saluran saluran sungai terangkut oleh aliran air dan pada akhirnya diendapkan di suatu tempat yang jauh dari sumbernya. Tanah coluvial dan tanah aluvial adalah contoh-contoh tanah hasil proses seperti yang dijelaskan diatas.      
           
Waktu (Time)
            Waktu juga menjadi salah satu faktor pada proses pembentukan tanah serta dalam terjadinya interaksi antara faktor faktor pada perkembangan tanah. Seiring dengan berjalannya waktu, pembentukan tanah merupakan fungsi dari waktu serta bagaimana faktor-faktor berinteraksi satu dengan lainnya. Pada dasarnya tanah selalu berubah, sebagai contoh, material yang diendapkan oleh banjir tidak serta merta memperlihatkan perkembangan tanah, hal ini dikarenakan dibutuhkan waktu yang cukup untuk terjadinya proses pembentukan tanah. Saat suatu permukaan tanah tertutup maka proses pembentukan tanah dimulai, diperlukan waktu yang cukup lama untuk terjadinya perubahan serta keterlibatan faktor-faktor lainya sampai terbentuknya lapisan tanah. Tanah dapat stabil dalam jangka waktu yang cukup lama dan siklus hidup tanah berakhir ketika kondisi tanah dalam keadaan yang rawan terhadap erosi.      Faktor-faktor pembentukan tanah terus berlanjut sampai berdampak pada keberadaan tanah itu sendiri, meskipun pada bentang alam yang stabil atau hingga ribuan tahun.

            Pengaruh Tekstur Terhadap Pembentukan Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas tekstur tanah. ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi tanah tersebut. misalkan hasil analisis lab menyatakan bahwa persentase pasir (X) 32%, liat (Y) 42% dan debu (Z) 26%, berdasarkan diagram segitiga tekstur maka tanah tersebut masuk kedalam golongan tanah bertekstur. seandainya hasil analisis lab menunjukkan persentase pasir 35%, liat 21% dan debu 44%.
Proses perkembangan tanah adalah berkembangnya fase pembentukan tanah setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik. Berdasarkan pada kondisi tanah tersebut maka perkembangannya dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase :
  1. Fase pembentukan horizon-horizon utama tanah.
Pada fase ini peranan semua faktor pembentuk tanah menjadi sangat penting. Secara sistematis fase pembentukan horizon-horizon utama ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut :
a.       Tahap Pembentukan Horizon C.
Tahap pembentukan Horizon C yaitu tahap pelapukan batuan menjadi tanah mineral, sebagai akibat dari efek komponen iklim terhadap batuan. Efek iklim ini mempengaruhi sifat fisik dan kimia batuan sehingga sifat dan atau kimia batuan terubah menjadi tanah mineral dengan indikator terbentuk Horizon C sebagai  satu-satunya horizon. Horozon C dapat juga berasal dari translokasi dan deposisi bahan atau lapisan (horizon) tanah yang tererosi dari lain tempat yang disebut dengan bahan coluvium dan aluvium laut dan sungai.
b.      Tahap pembentukan Horizon O dan atau Pertumbuhan Vegetasi.
Pada tahap ini terjadi pertumbuhan vegetasi di ats horozon C kemudian mati atau melepas sisa-sisa bagian tanaman yang mati, tertimbun di permukaan atau kemudian terdekomposisi menjadi humus atau tetap berupa seresah. Timbunan ini membentuk horizon O (organik) atau H (histik). Bahan organik dapat berasal dari sisa atau vegetasi yang tumbuh di atas horizon C tersebut atau berasal dari tempat lain.
Dengan demikian Horizon O ialah horizon timbunan bahan organik, berwarna gelap bila sudah terdekomposisi, terdapat dan terlihat adanya jaringan tumbuhan dan umumnya terletak di permukaan tanah, berstruktur lepas atau gembur (remah).
c.       Tahap Pembentukan Horizon A.
Horozon A terbentuk dari hasil percampuran antara tanah mineral dengan bahan organik yang dapat dilakukan oleh:
        Organisme tanah (dekomposisi dan mineralisasi serta metabolisme)
        Manusia (pengolahan tanah dan pemupukan).
        Proses alam lainya.
Ada korelasi positif antara tebalnya horizon O dan A, dengan banyaknya organisme tanah. Semakin mudah bahan organik tersebut dikomposisi dan dimineralisasi dan semakin banyak organisme tanah maka semakin tebal horizon A. Dengan demikian Horizon A ialah horizon permukaan tanah mineral yang berwarna gelap atau kehitaman, berstruktur gembur (crumb), bertekstur sedang hingga kasar, berpori makro lebih banyak daripada pori mikro (poros), konsistensinya lepas-lepas hingga agak teguh, mempunyai batas horizon cukup jelas dengan horizon yang ada di atas atau dibawahnya, terdapat banyak perakaran dan krotovinasi (lubang cacing atau bekas akar yang mati, yang telah terisi oleh bahan lain selain matrik tanahitu sendiri). 
d.      Tahap Pembentukan Horizon B.
Horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A hingga terbentuk horizon Albik (E) kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi)
Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah dibawah permukaan (sub horizon) bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang (kolumnar) berwarna lebih merah dari horizon lainnya. Berkonsistensi teguh hingga sangat teguh, berwarna lebih merah.
  1. Fase pembentukan horizon-horizon penciri tanah.
Pada fase initerjadi perkembangan horizon utama tanah yang berkorelasi atau sejalan dengan proses pedogenesis tanah sebagai akibat terus bekerjanya faktor pembentuk tanaha yang bersifat sebagai faktor pengubah sifat jenis tanah.
Tahap pembentukan horizon penciri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian:
a.       Pembentukan horizon penciri pada permukaan tanah.
b.      Pembentukan horizon penciri pada subhorizon ( horizon bawah permukaan).
III.             METODE PRAKTIKUM

            Tempat Dan Waktu
Praktikum ini di laksanakan pada hari Kamis tanggal 6 mei 2010 jam 12.30 sampai selesai bertmpat di laboratorium dasar Fakultas Pertanian.
            Alat Dan Bahan
Adapu alat dan bahan yang di pakai dalam praktikum ini di antaranya adalah :
  1. Alat
-          Munsell soil color
-          Palu
-          Alat tulis
-          Kamera digital
  1. Bahan
-          Tanah
-          Batu
            Metode Praktikum
Metode yang di gunakan adalah metode pengamatan langsung. Untuk parameter yang di amati adalah seabagi tercntum dalam tabel berikut :
Jenis Praktikum
Metode Pengamatan
Tekstur
Warna Tanah
Horison Penciri
Pengamatan langsung (pirit)
Munsell Color Chart
Pengamatan langsung
Sumber : data primer, diolah, 2010
            Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum dilakukan pertama dengan pengambilan sampel tanah yang telah di lakukan pertama pada saat praktikum di lapangan yanh telah di lalui, kemudian di lakukan pengamatan langsung pada tekstur tanah dengan cara pirit atau metode rasa dengan cara tanah di ambil dan di pirit antara ibu jari dan jari telunjuk, dari situ kita akan dapat membedakan tekstur tanah  kemudian di lakukan pengamatan terhadap warna tanah dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart dan yang terakhir adalah pencatatan hasil praktikum di sebuah lembaran buku untuk di buatkan laporan hasil praktikum.
            Parameter Pengamatan
Adapun parameter pengamatan yang di amati dalam praktikum ini adalah sebagaimana tertera dalam tabel berikut :

Jenis Praktikum
Metode Pengamatan
Tekstur
Warna Tanah
Horison Penciri
Pengamatan langsung (pirit)
Munsell Color Chart
Pengamatan langsung
Sumber : data primer, diolah, 2010
            Analisis Data
Teknik analisa data yang di pakai adalah teknik analisa data deskripsi di mana setiap objek yang di amati semuanya akan di analisis.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
             Hasil
Tabel data karakteristik tanah di setiap lapisan di desa kusu
No lapisan
Simbol lapisan
Karakteristik
I
A
-          warna : 5 YR 3/2
-          tekstur : lempung berpasir
-          TP : lemah
-          bentuk : lepas/butir tunggal
-          ukuran : very fine
II
B1
-          warna : 7.5 YR 5/6
-          tekstur : lempung berpasir
-          TP : lemah
-          bentuk : lepas/butir
-          ukuran : fine
III
B2 
-          warna : 7.5 YR 3/2
-          tekstur : pasir
-          TP : cukup
-          bentuk : lepas/butir
-          ukuran : fine
IV
B3
-          warna : 10 YR 6/2
-          tekstur :pasir berlempung
-          TP : kuat (strong)
-          bentuk : lepas/butir
-          ukuran : fine
sumber : data primer di olah, 2010

             Pembahasan
Berdasarkan pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa tanah di desa Kusu memiliki tekstur tanah lempung berpasir halus, lempung berpasir, pasir dan pasir berlempung. Pada lapisan I, tanah bertekstur, tanah bertekstur halus, warna tanahnya 5 YR 3/2 munsell soil color chart. Dimana 5 YR berarti hue 3 berarti value dan 2 berarti choroma. Semakin rendah nilai value maka makin tinggi bahan organik  yang dikandung tanah tersebut begitu pula sebaliknya maka tanah tersebut termasuk tanah muda. Tanah lapisan I kaya kaya akan bahan organik yang berasal dari vegetasi-vegetasi yag ada.
      Lapisan II dengan warna 7.5 YR 5/6. tekstur tanah ini berlempung pasir. Lapisan III warna tanahnya 7.5 YR5/8 dengan tekstur pasir dan lapisan IV atau horison B3 yang banyak mengandung batuan yang telah melapuk dan berwarna keabu-abuan yang mengakibatkan daerah ini sering tergenang air.
Lapisan IV memiliki warna tanah 10 YR 6/2 dengan tekstur pasir berlempung, taraf perkembangan yang kuat bentuk lepas/butir dan ukuran halus (fine).
      Profil tanah yang dibuat dilokasi praktikum desa Kusu ini memperlihatkan perbedaan yang khusus. Tetumbuhan yang alami dan lebar serta rapat sangat potensial memasok bahan organik. Laju pemasok yang berkesinambungan dan laju peruraian bahan organik yang berlapis menjadikan profil memperlihatkan menjadikan lapisan peruraian secara acak.
Secara umum lahan di pergunakan sebagai perkebunan dan kebun campuran yang di dominasi oleh kelapa. Para petani di daerah tersebut melakukan pembudidayaan tanaman tanpa adanya pengolahan tanah. Pengolahan tanah di perlukan sebelum membudidayakan suatu tanaman karena pengolahan tanah karena pengolahan tanah mempengaruhi semua keadaan fisik tanah.
Pola pertanian masyarakat desa kusu sangat sederhana yaitu dengan membiarkan tanaman tumbuh secara alami, mengambil anakan yang sudah tumbuh untuk di pindahkan ke lahan yang masih kosong untuk di tanam. Tidak ada cara pemeliharaan khusus tanaman hanya di biarkan tumbuh begitu saja setelah musim buah baru di panen, contoh kelapa dan kakao.

V.                PENUTUP
            Kesimpulan
            Saran
Dari hasil di atas dapat kami sarankan :
Diharapkan kepada mahasiswa pertanian, pemerintah maupn dinas Pertanian agar sering-sering turun ke lapangan melakukan penelitian maupun analisis tanah sehingga data di lapangan bisa dijadikan informasi awal terhadap masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui jenis tanah yang terletak di daerah mereka sehingga juga dapat mengetahui tingkat kesuburan tanah.


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar