I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah yang terbentuk di permukaan bumi secara langsung atau
tidak berkembang Dari bahan mineral dan dari batuan bahagian kulit bumi yang terdiri daripada
mineral
dan bahan organik.
Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi, kerana tanah
mampu mendukung kehidupan tumbuhan di mana tumbuhan menyediakan makanan
dan oksigen
kemudian menyerap karbon dioksida dan nitrogen.
Komposisi tanah berbeza-beza pada satu lokasi dengan lokasi yang lain.. Banyak orang, bila memikirkan kata tanah
membanyangkan suatu bahan yang mendukung tumbuhan yang sedang tumbuh.
Pengertian seperti ini lebih umum, karena defenisi seperti ini mencakup tidak
saja tanah dalam arti biasa, tetapi juga batu, air, salju dan bahkan udarayang
semuanya mampu mendukung kehidupan tumbuhan. Tentusaja petani mempunyai
konsep-konsep tanah yang praktis, dengan menganggap sebagai medium tempat
tanaman tumbuh
Pemahaman fungsi tanah sebagai media
tumbuh dimulai sejak peradaban manusia mulai beralih dari manusia pengumpul
pangan yang tidak menetap menjadi manusia pemukim yang mulai melakukan pemindah
tanaman/nopangan ke areal dekat mereka tinggal. Pada tahap berikutnya, mulai
berkembang pemahaman fungsi tanah sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman
tersebut, sehingga produksi yang di capai tanaman tergantung pada kemampuan
tanah dalam menyediakan nutrisi (kesuburan tanah)
Tanah merupakan sumber utama zat hara
untuk tanaman dan tempat sejumlah perubahan penting dalam siklus pangan.
Susunan anorganik dalam tanah, yang dibentuk dari pelapukan padas dan
pengkristalan mineral-mineral, dapat digolongkan pada liat, debu, pasir dan
krikil. Komponen tambahan yang sangat penting adalah bahan organic yang di
sebut humus. Liat dan humus merupakan koloid di mana partikelnya memiliki luas
permukaan yang besar; keduanya siap menyerap zat hara dan mempertahankannya
untuk diisap akar kemudian. Suatu penampang melintang
Kita melihat bahwa tanah yang berada di
Desa Kusu masih di katakan tanah yang muda karena masih belum berkembang lanjut
dan belum di olah untuk di jadikan suatu
lahan pertanian, untuk pemanfaatannya para petani masih menggunakan teknik TOT
(tanpa olah tanah) dan yang paling dominan untuk komoditi tahunan adalah kelapa
sedangkan, keadaan topografinya tidak
bergelombang, sehingga butuh indentifikasi lanjut tentang keadaan tanah,dengan
melihat profil tanah, sehingga bisa dibuat suatu kesimpulan tentang penggunaan
tanah/lahan di Desa Kusu.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik tanah dan mengidentifikasikan
tanah-tanah di Desa Kusu Kec. Oba Utara. Kota Tidore Kepulauan.
1.3. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum
ini adalah sebagai bahan informasi bagi masyarakat dan sebagai studi referensi
bagi seluruh pembaca khususnya mahsiswa ilmu tanah tentang pembentukan
pelapukan dan pedogenesis serta
genesa tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelapukan Dan
Pedogenesis
Pelapukan
adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau
dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau
biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen
dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan
menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian
menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik.
Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru.
Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang
dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya
tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam,
intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah
itu sendiri (Boggs, 1995).
Dalam kehidupan sehari-hari, proses
pelapukan sering terjadi. batu kecil yang terus ditetesi oleh air hujan maupun air biasa lama kelamaan
akan melapuk dan menjadi tanah. peristiwa itu sering disebut dengan pelapukan fisika. batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan
pecah dan hancur. peristiwa tersebut sering disebut pelapukan biologi.Dan
masih banyak lagi contoh-contoh pelapukan.
Tenaga yang berperan dalam proses pelapukan bemacam-macam:
- pelapukan biologi (pelapukan organik): tenaga penghancurnya berupa makhluk hidup. contoh:tumbuhan, hewan dan manusia
- pelapukan fisika (mekanik): tenaga penghancurnya adalah temperatur, suhu, udara, air dan lain-lain
- pelapukan kimia (dekomposisi): tenaga penghancurnya perupa zat kimia. contoh:senyawa, oksigen, atom, dan lain-lain
Pada umumnya tanah melalui proses
panjang yang di namakan pelapukan dimana pelapulkan ini memakan waktu yang
sangat panjang dan melalui tahap-tahap yang begitu sulit. Pelapukan sendiri
terdiri dari beberapa proses pelapukan di antaranya pelapukan fisika, kimia,
biologi.
2.2. Pelapukan Fisika
Pelapukan fisika atau sering di sebut sebagai
pelapukan mekanik adalah pelapukan yang terjadi di akibatkan karena terjadinya proses gesek menggesek antara
batuan yang satu dan batuan yang lain terjadi di sungai. Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah
menjadi kepingan yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia
dan mineral yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan
fragment/kristal kecil sampai blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Pelapukan fisika terjadi akibat hancurnya material utama (induk)
kemudian diikuti oleh pengurangan ukuran butirnya. Batuan hancur akibat adanya
tekanan (stess) yang bekerja sepanjang zona lemah dari material tersebut antara
lain : bidang perlapisan dan rekahan.
Tekanan yang mengakibatkan peristiwa
disintegrasi dibentuk karena adanya pengembangan (expansi) dari batuan atau
mineral itu sendiri atau akibat tekanan yang disebabkan oleh material yang
berasal dari luar. Seperti pada pelapukan kimia, proses pelapukan fisika juga
dipengaruhi oleh proses endogen dan eksogen. Rata-rata faktor yang paling
berpengaruh dari pelapukan ini adalah iklim dan vegetasi (eksogen). Faktor
lainnya berkaitan dengan struktur dan komposisi dari batuan itu sendiri
Jenis pelapukan fisik:
• Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan stress menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan topografi
• Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini tergantung:
1.keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2.keberadaan air/cairan dalam pori
3.temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
• Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan.
• Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan permukaan karena pengaruh matahari
• Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan dengan cepat.
• Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi melepaskan stress menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar permukaan topografi
• Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini tergantung:
1.keberadaan pori dan retakan dalam batuan
2.keberadaan air/cairan dalam pori
3.temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
• Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan.
• Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan permukaan karena pengaruh matahari
• Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan dengan cepat.
2.3. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia
membuat komposisi kimia dan mineralogy suatu batuan dapat berubah. Mineral
dalam batuan yang di rusak oleh air kemudian bereaksi dengan udara (O2 atau
CO2), menyebabkan sebagian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian
unsure mineral yang lain dapat bergabung dengan unsure setempat membentuk
Kristal mineral baru.
Kecepatan
pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari
batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang
lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.
Jenis Pelapukan Kimia
1. Hidrolisis adalah reaksi
antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung ion H+) dimana memungkinkan
pelarut mineral silikat dan membebaskan kation logam dan silika. Mineral
lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses
pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran
terpenting dalam pelapukan kimia.
2. Hidrasi adalah proses
penambahan air pada suatu mineral sehingga membentuk mineral baru. Lawan dari
hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral kehilangan air sehingga berbentuk
anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang terjadi pada pelapukan, karena
pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum dari proses ini adalah
penambahan air pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.
3. Oksidasi berlangsung pada
besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk pada mineral silikat seperti
biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan
adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
4. Reduksi terjadi dimana
kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih banyak dari pada oksigen
yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi menambah elektron dari Fe3+
menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+
mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam pelarutan.
5. Pelarutan mineral yang mudah
larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh air hujan selama pelapukan akan
cenderung terbentuk komposisi yang baru.
6. Pergantian ion adalah proses
dalam pelapukan dimana ion dalam larutan seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya
terjadi pada mineral lempung.
2.4. Pelapukan Biologi
Tanah (soil)
adalah suatu hasil pelapukan biologi (Selley, 1988), dimana komposisinya terdiri
atas komponen batuan dan humus yang umumnya berasal dari tetumbuhan. Bagi
geologiawan studi tanah ini (umumnya disebut pedologi) lebih dipusatkan pada
tanah purba (paleosoil),dimana akan membantu untuk mengetahui perkembangan
sejarah geologi pada daerah yang bersangkutan. Akan tetapi perlu kiranya
diketahui bahwa ciri dan ketebalan tanah hasil pelapukan sangat erat
hubungannya dengan batuan induk (bedrock), iklim (curah hujan dan temperatur),
kemiringan lereng dari batuan induk itu sendiri.
Pedologist (ahli tanah)
membagi tanah menjadi tiga zona.
1. Zona A atau “lapisan eluvial”, merupakan bagian paling atas pada umumnya berwarna gelap karena humus. Zona A ini merupakan zona dimana kimia (terutama oksidasi) dan biologi berlangsung kuat. Pada zona ini material halus (lempung) dicuci dan terbawa ke bawah lewat di antara butiran.
2. Zona B atau “lapisan iluvial”, material halus (lempung) yang tercuci dari zona A akan terperangkap pada lapisan ini. Zona B ini dikuasai oleh mineral dan sedikit sedikit jasad hidup.
3. Zona C adalah zona terbawah dimana pelapukan fisik berlangsung lebih kuat dibandingkan pelapukan jenis yang lain. Ke bawah zona C ini berubah secara berangsur menjadi batuan induk yang belum lapuk.
Ketebalan setiap zona sangat bervareasi pada setiap tempat. Demikian juga keberadaan setiap zona tidak selalu dijumpai. Ketebalan zona sangat tergantung dari kecepatan pelapukan, iklim, komosisi dan topografi batuan induk.
Fosil tanah atau tanah purba atau paleosoil adalah suatu istilah untuk tanah yang berada di bawah bidang ketidakselarasan. Tanah purba ini merupakan bukti bahwa lapisan itu pernah tersingkap pada permukaan. Akan tetapi perlu diingat bahwa tanah purba di bawah ketidakselarasan ini tentu bagian atasnya pernah tererosi sebelum terendapkan lapisan penutupnya. Lapisan tanah purba dalam runtunan batuan sedimen pada umumnya ditemukan pada endapan sungai dan delta. Tanah purba ini juga umum ditemukan di bawah lapisan batubara dimana kaya akan akar dan sering berwarna putih karena proses pencucian yang intensif (Selley, 1988).
Peranan tanah purba ini semakin besar dimasa kini; sehingga timbul pertanyaan bagaimana mengenali tanah purba ini dengan mudah. Fenwick (1985) memberikan kreteria sebagai berikut:
1. Hadirnya
suatu lapisan yang kaya akan jasad hidup
2. Lapisan
merah yang semakin jelas kearah atas
3. Penurunan
tanda mineral lapuk kearah atas
4. Terganggunya
struktur organic oleh aktivitas jasad hidup (seperti cacing) atau proses fisik
(conthnya pengkristalan es)
2.5. Pelapukan Batuan
Pelapukan
adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau
dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau
biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen
dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan
menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian
menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik.
Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral
baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai
komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah
tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi
oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis
pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995).
Pelapukan FisikPelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan mineral yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal kecil sampai blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik:
• Stress release: batuan yang
muncul ke permukaan bumi melepaskan stress menghasilkan kekar atau retakan yang
sejajar permukaan topografi.
• Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini tergantung:
• Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan. Proses ini tergantung:
1.
Keberadaan pori
dan retakan dalam batuan
2.
Keberadaan air/cairan dalam pori
3.
Temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
• Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan.
• Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan permukaan karena pengaruh matahari
• Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan dengan cepat.
• Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan permukaan karena pengaruh matahari
• Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan pengeringan dengan cepat.
Pelapukan
Kimia
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.
Jenis pelapukan kimia
1. Hidrolisis
adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung ion H+)
dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan kation logam dan silika.
Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari
proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang
peran terpenting dalam pelapukan kimia.
2. Hidrasi
adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga membentuk mineral
baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral kehilangan air
sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang terjadi pada
pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum dari proses
ini adalah penambahan air pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.
3. Oksidasi
berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk pada mineral
silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah teroksidasi pada
proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
4. Reduksi
terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih banyak dari
pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi menambah elektron
dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan
Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam pelarutan.
5. Pelarutan
mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh air hujan
selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.
6. Pergantian
ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan seperti pergantian
Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.
2.6. Klasifikasi Tanah
Padanan system kalsifikasi tanah berikut ini
merupakan pendekatan yang hanya di dasarkan atas morfogenik dan belum di
dasarkan atas hasil analsis kuantitatif sifat fisik dan kimia tanah :
|
System Dudal-Soepraptohardjo
(1957-1961)
|
Modifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor
(1978-1982)
|
FAO/UNESCO
(1974)
|
USDA SIOL
Taxosnomi (1975)
|
Glei humus
Glei humus
Rendah
Hidromorf
Kelabu
Alluvial Hidromorf
|
Tanah Aluvial
Andosol
Kambisol
Grumusol
Kambisol
Latosol
Lateritik
Litosol
Mediteran
Organosol
Podsol
Podsolik
Kambisolik
Podsolik
Regosol
Rezina
Ranker
Gleisol
Gleisol Humik
Gleisol
Podsolik Gleiik
Gleisolik hidrik
Planosol
|
Flufisol
Andosol
Cambisol
Vertisol
Cambisol
Nitosol
Ferralsol
Lithosol
Luvisol
Histosol
Podsol
Acrisol
Cambisol
Acrisol
Regosol
Renzina
Ranker
Gleysol
Acrisol
Gleyc
Planosol
|
Entisol
Inceptisol
Inceptisol
Inceptisol
Vertisol
Inceptisol
Ultisol
Oxsisol
Entisol
(lithic subgroup)
Alfisol
Inceptisol
Histosol
Spodosol
Ultisol
Inceptisol
Ultisol
Entisol
Rendoll
Rendoll
Aquik sub-group
Aqualf
|
|
|
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini di lakukan di Desa Kusu, Kec. Oba Utara, Tidore
Kepulauan, dengan ketinggian dibawah
-10 m dpl (di atas permukaan laut), dengan waktu
pelaksananan hari Jumat, 30 April 2010 pukul 10:00- sampai selesai
3.2. Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini
-
Pacul
-
Linggis
-
Altimeter (Mengukur ketinggian tempat)
-
Kartu Profil
-
Kamera
Digital ( untuk dokumentasi )
-
Pisau
/Parang
-
Kertas
plastik
-
Alat
tulis menulis
Adapun Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
-
Tanah
-
Air
3.3. Metode Praktikum
Ada beberapa metode yang di pakai dalam
praktikum yaitu pada table berikut
Tabel 1. Jenis-jenis kegiatan dan metode yang di
pakai dalam praktikum
Jenis Pengamatan Di
lapangan
|
Metode
|
-
Warna Tanah
-
Tekstur
-
Struktur
-
Pori
tanah
-
Perakaran
-
Horison Penciri
|
Pengamatan
Langsung
Pengamatan
langsung. Rasa (Pirit)
Pengamatan
Langsung
Pengamatan
Langsung
Pengamatan
Langsung
Pengamatan
Langsung
|
3.4. Pelaksanaan Praktikum
3.4.1 Penyiapan lahan dan
pembuatan Profil Tanah
Lahan yang dipakai dalam praktikum ini
yaitu lahan yang berada pada tengah lereng yang berada di Utara selatan bujur
timur dengan ketinggian tempat 100 m dari permukaan laut, diukur
menggunakan altimeter (alat untuk
mengukur ketinggian tempat) dan profil tanah yang betul-betul mewakili. Di buat dengan menggali lubang tegak lurus,
menggunakan pacul sampai kedalaman 130 cm, dengan lebar permukaan tanah 75 cm.
3.4.2
Penetapan
Horizon Tanah
Penetapan batas lapisan dengan menggunakan
metode pijan (rasa kepadatn tanah) kemudian horison.
3.4.3
Mengidentifikasi
Profil Tanah
Tanah di identifikasi menggunakan kartu profil, bersama dengan
mengamati profil tanah : meliputi keadaan fisik dan lingkungan, bahan induk,
relif tipe lereng, bentuk lereng, panjang keadaan batu, erosi, lapisan tanah,
nomor lapisan , symbol lapisan, dalam lapisan, batas lapisan tanah, batas
topografi, warna tanah, tekstur tanah, pori tanah, konsistensi, pH tanah, kadar
air tanah, perakaran tanaman, dan jenis tanah.
3.4.4
Pengambilan
Sample
Sample tanah diambil di setiap lapisan/horison tanah, yang dapat
mewakili untuk tiap-tiap horison, untuk horison A, pengambilan sampel
menggunakan pisau dan di isi kedalam kantong plastik, sedangkan pada Horison B,
pengambilannya dilakukan sama halnya seperti yang dilakukan pada horison A ,
cara pengambilan sampel di lakukan menggunakan cara mekanik, yaitu di tusukkan
pisau kedalam tanah kemudian
tanah di cungkil dan di letakkan di dalam kantong
plastik.
3.5. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati diantarnya terihat pada tabel berikut :
Jenis Pengamatan Di
lapangan
|
Metode
|
-
Warna Tanah
-
Tekstur
-
Struktur
-
Pori
tanah
-
Perakaran
-
Horison Penciri
|
Pengamatan
langsung
Pengamatan
langsung Rasa (Pirit)
Pengamatan
Langsung
Pengamatan
Langsung
Pengamatan
Langsung
Pengamatan
Langsung
|
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam praktikum ini menggunakan
teknik anlisis Deskripsi di mana setiap objek yang di amati semuanya akan di
analisis.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik,
Morfologi, Fisika Dan Kimia
Karakteristik tanah yang di temukan di lokasi praktek yakni
di Desa Kusu. Kec. Oba Utara. Kota Tidore kepulauan adalah tanah Inceptisol Dan
karakteristiknya sebagai berikut :
- Bahan induk yang resisten terhadap pelapukan
- Banyak mengandung abu vulkan dan tidak memenuhi sifat-sifat andik
- Posisi dalam bentang lahan yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembab
- Permukaan geomrfologi yang muda sehingga pembentuksn tanah baru mulai.
Sifat fisik kimia tanah inceptisol
yang di temukan di Desa Kusu adalah kejenuhan basa rendah dengan kapasitas
kation (cara Na-asetat pH 7) dan kapasitas penukaran kation mengandung C dan N
tinggi tetap Nisbah C/N (C/N ratio) rendah, kadar P rendah karena terfiksasi
Kuat ( Olsen 1954) sukar mengalami peptisasi, berat jernis kurang dari 0,85 dan
pada kapasitas lapang kelanggasan tanah lebih dari 15%.
Sifat fisik tanah yang terdapat di
daerah praktikum adalah tersedianya air tanah yang dangkal sampai dalam horizon
tanah datar dan agak berombak.
Tabel : sifat fisik tanah yang di
temukan di desa Kusu
Horison
|
Sifat
Fisik Tanah
|
Horizon I (A)
|
-
Warna
hitam
-
Tekstur
halus
|
Horizon II (B1)
|
-
Warna
hitam kecoklatan
-
Tekstur Lempung
debuan
|
Horizon III (B2)
|
-
Warna
kecoklatan
-
Tekstur Lempung
debuan
|
Horizon IV (B3)
|
-
Warna
hitam keabuan
-
Tekstur
pasir
|
Sumber : Analisis Data Primer 2010
Inceptisol yang
di temukan di lokasi Desa Kusu berasal dari bahan induk batuan sedimen. Karena
inceptisol yang terdapat di lokasi praktek merupakan tanah yang belum
berkembang lanjut dan mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus,
dalam hal ini karena proses pelapukan bahan induknya belum lanjut. Bentuk
wilayah yang terdapat di lokasi praktek datar. Kesuburan tanahnya sangat subur
dan jeluk efektifnya dari dangkal hingga dalam.
Di dataran tersebut ada umumnya di Tanami tanaman tahunan atau tanaman
permanen untuk menjaga kelestarian tanah (munir,
1983). Selain itu jenis
inceptisol yang ditemukan mempunyai karakteristik dari kombinasi tersedinya air
untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari tiga bulan
berturut-turut dalam musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan
sedikit akumulasi, bahan dari batuan induk. Tekstur yang di temukan adalah
lebih halus dari pasir berlempung dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan
menahan katin fraksi lempung yang sedan sampai tinggi. Penyebarab liat ke dalam
tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C-Organik dan kapasitas tukar kation
(KTK) dalam inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tampat. Kecual daerah
kering mulai dari kutub sampai tropika.
Morfologi daerah
bentang lahan desa Kusu adalah datar. Tanah yang terdapat di daerah tersebut terjadi
akibat proses pelapukan dari batuan induk sedimen. Di indikasikan di daerah
tersebut jauh dari daerah gunung merapi maka dapat di tarik kesimpulan batuan
yang melapuk itu tersebut adalah batuan sedimen.
4.2. Genesa Tanah
Material penyusun tanah dapat berasal dari hasil pelapukan batuan
induknya atau material yang berasal dari hasil transportasi dari tempat lain.
Pembentukan lapisan-lapisan atau horison-horison yang dapat diamati
pada profil tanah yang di buat
pada praktikum genesa tanah pada desa Kusu Kec. Oba Utara Kota Tidore Kepulauan
di temukan bahwa Proses proses yang terjadi pada tanah di daerah tersebut melibatkan penambahan,
penghilangan, transformasi dan tranlokasi dari meterial yang menyusun tanah.
Mineral berasal dari hasil pelapukan batuan sedimen
yang mengalami
perubahan membentuk mineral-mineral sekunder dan komponen lainnya yang terlarut
didalam air, komponen komponen tersebut kemudian berpindah dari satu tempat
ketempat lainnya melalui aktivitas air ataupun aktivitas biota-biota tanah. Perubahan
dan perpindahan material yang terdapat didalam tanah yang menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan tanah yang jelas. Pelapukan batuan dasar
akan menghasilkan material induk dimana soil terbentuk. Tanah yang di amati di lokasi praktikum
menandakan bahwa tanah tersebut belum berkembang lanjut karena di lihat dari
tekstur yang berhasil di identifikasi dengan cara metode pirit di ketahui bahwa
bahan induk yang terdapat masih belum mengalami pelapukan yang lanjut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di uraikan di atas
maka dapat di tarik kesimpulan adalah sebagai berikut :
- Tanah yang terdapat di Desa Kusu adalah tanah Inceptisol karena memiliki sifat umumnya yaitu memiliki horison penciri kambik, strukturnya telah terbentuk karena lokasi memiliki sifat dan ciri tersebut
- Pelapukan tanah yang terdapat pada Desa Kusu belum mengalami pelapukan lanjut.
- Tanah yang terdapat ada Desa Kusu merpakan pelapukan dari batuan induk sedimen.
- Tanah yang terdapat di daerah tersebut masih sangat muda karena tanah tersebut adalah tanah inceptisol.
5.2. Saran
Dari hasil di atas dapat kami sarankan :
Diharapkan kepada mahasiswa pertanian,
pemerintah maupn dinas Pertanian agar sering-sering turun ke lapangan melakukan
apenelitian maupun analisis tanah sehingga data di lapngan bias dijadikan
informasi awal terhadap masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui jenis tanah
yang terletak di daerah mereka sehingga juga dapat mengetahui tingkat kesuburan
tanah.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, IA. 2008 Pedoman pengamatan tanah di
lapangan. Fakultas Pertanian Unkhair.
Ternate
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Di Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta
http://hiperkes.com/search/rock+cycle+siklus+batuan-%C2%AB+geo+wacana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar