PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Rencana strategis (renstra) periode 2005-2009
menyajikan agenda utama badan litbang pertanian untuk mengantisipasi masalah
dan kendala yang belum sepenuhnya tertanggani pada periode 1999 -2004 dan yang
di [erkirakan akan timbul pada lima
tahun berikutnya akibat dari perubahan lingkungan strategis yang dinamis, baik
lingkungan strategis di tingkat nasional
maupun internasional.
Program penelitian dan pengembangan pertanian
dirancang untuk meningkatkan peran dan kemampuan institusi litbang dalam
mendorong menghela pembangunan pertanian
yang berbasis iptek hal itu di wadahi dalam renstra yang memayungi program
tersebut serta menetapkan strategi dan kebijakan umum untuk merealisasikannya
program tersebut di susun berlandaskan visi dan misi yang futuristic sesuai
dengan dinamika lingkungan strategis dan paradigma pembangunan pertanian masa
datang dengan demikian renstra badan litbang pertanian 2005-2009
mengakomodasikan prakiraan perkembangan pembangunan pertaniandan pedessaan yang akan terjadi dalam jangka yang panjang.
- Tugas Pokok dan Fungsi
Badan litbang pertanian mempunyai tugas
melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian dalam rangka mempercepat alih teknologi pertanian, mendukung
pembangunan pertanian daerah dan mengopttimalkan pemanfaatan sumber daya
pertanian di wilayah, telah di bentuk dan di tetapkan organisassi dan tata
kerja balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP).
VISI DAN MISI
BADAN LITBANG PERTANIAN
- Visi pertanian dan pedesaan Indonesia 2020
Produksi pertanian di berbagai propinsi telah
terintegrasi secara vertical dengan jaringan pemasaran modern. Namun demikian,
pada umumnya bagian harga yang di terima petani dari harga yang di byar
konsuman yang terlibat dengan sistem ini masih rendah. Hal ini di sebabkan masih rendahnya daya
tawar petani Karena lemahnya kesetaraan dalam kelembagaan, meskipun secara
dalam absolute penerimaan lebih tinggi di bandingkan petani yang di luar
sistem. Dengan demikian, masih ada peluang untuk meningkatkan penerimaan petani
melalui pengakuan kesetaraan dalam kemitraan dan pengembangan kelembagaan
petani. Di sisi lain, di beberapa daerah pertanian, rakyat tidak terlibat dalam
jaringan pemasaran modern ini. Faktor yang menghambat partisipasi oetani dalam
jaringan rantai pasokan ini antara lain adalah kurangnya keterkaitan perkotaaan
pedesaan yang di sebabkan belum adanya jalan pedesaan, tidak tersedianya modal
bagi petani kecil serta tidak tersedianya pelatihan dan informasi, antara lain
kulitas produk standarisasi dan keamanan pangan.
Dampak negative dari pembangunan antara lain
juga di rasakan pada lingkungan hidup yang semakin menurun. Perusakan dan penurunan kualitas sumber daya
lahan dan air yang di sertai semakin
besarnya kesenjangan pembangunan antar daerah akan mengancam pemanfaatan sumber
daya alam dan berdampak negative pada pelestarian lingkungan hidup, kebijakan
di bidang kehutanan yang kurang tepat di masa lalu telah menyebabkan
pengundulan hutan secar besar-besaran di luar jawa di kawasan tangkapan daerah
aliran sungai di jawa sehingga menimbulkam erosi di samping itu, penyediaan
sumber daya air menjadi tidak dapat di andalkan, sering terjadi banjir dan merosotnya
kualitas air. Pembuangan sampah limbah air industri, pemeliharaan peternakan
intensif yang meningkat pesat juga telah berdampak negative terhadap kualitas
lingkungan hidup. Akhirnya kebijakan pembangunan pertanian tanpa
memperhitungkan pelestarrian lingkungan pada jangka panjang akan menyebabkan
penurunan kemampuan penyediaan dan
pelayanan ketahanan pangan. Maka visi pembangunan pertanian dan pedesaan
Indonesia 2020 adalah pertumbuhan dan pendapatan yang cepat, ekonomi pedesaan
yang berdiversifikasi dan dinamis, penyerapan tenaga kerja tinggi dan
kemiskinan yang rendah, pemberdayaan dan penyertaan komunitas dalam pembangunan
serta terciptanya penduduk terdidik dan sehat.
Visi ini mencakup dua tingkatan yaitu tingkat
nasional dan tingkat masyarakat pedesaan.
Kondisi ideal pembangunan pertanian dan pedesaan yang ingin
di wujudkan dapat di tuangkan dalam visi
pembangunan pertanian dan pedesaan Indonesia 2020, yaitu mewujudkan:
Masyarakat
pedesaan yang progresif dalam kegiatan agribisnis sehingga mampu menciptakan
dan mengisi kesempatan kerja produktif dan mapu menigkatkan pertumbuhan
pendapatan di tingkat wilayah dan nasional.
- Ruh, Visi Dan Misi Pembangunan Pertanian 2005-2020
Dalam penyelengaraan pembangunan pertanian Indonesia,
departemen pertanian menetapkan ruh pembangunan pertanian yaitu bersih dan
peduli. Bersih berarti bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Amanah
transparan dan akuntabel, peduli berarti memberikan fasilitasi pelayanan
perlindungan, pembelaan, pemberdayaan, dan keberpihakkan terhadap kepentingan
umum (mayarakat pertanian) di atas kepentingan pribadi dan golongan serta
aspirtaif.
Agenda dan priorotas pembangunan nasional tahun
2005-2009 telah menetapkan revitalisasi pertanian sebagai salah satu prioritas
pembangunan bidang ekonomi. Revitalisasi pertanian di arahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan sebagian besar rakyat dan di nyatakan landasan yang
kokoph bagi pembangunan ekonomi. Konsep tersebut merupskan komitmen politik
yang harus di dukung dan di jabarkanlebih lanjut operasionalnya oleh semua
instansi yang terkait dengan pertanian.
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan
nasional dan dinamika lingkungan strategis pembangunan pertanian, maka visi
pembangunan pertanian perode 2005-2009 adalah “ terwujudnya pertanian tangguh
untuk pemantapan ketahanan pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing
produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani.
- Visi Dan Misi Badan Litbang Pertanian
Visi badan litbang pertanian merupakan bagian
integral dari visi pertanian dan pedesaan 2020 serta ruh, yang di misi, dan
misi pembangunan pertanian 2005-2009
yang di kiprahrumuskan untuk menggali dan menyampaikan konsepsi yang
sama mengenai masa depan pembangunan pertanian dan pedesaan. Persepsi tersebut
di wujudkan dalam bentuk komitmen jajaran badan litbang pertanian untuk
merealisasikan tujuannya. Oleh karena itu, visi badan litbang pertanian harus
bersifat futuristic sesuai dengan dinamika lingkungan strategis dan harus mampu
menjadi akselerator pembangunan pertanian pedesaan secara umum visi badan
litbang pertanian juga bersifat jelas, inspiratif, menantang, memberdayakan dan
wajar. Berdasarkan hal tersebut, badan litbang pertanian menetapkan visi:
Menjadi lembaga
litbang pertanian terunggul di asai tenggara
dalam menghasilkan inovasi mendukung pertanian tangguh, sesuai dinamika
kebutuhan pengguna.
Misi badan litbang pertanian merupakan pernyataan mengenai
garis besar kiprah utama badan litbang pertanian dalm mewujudkan visi di atas,
maka badan litbang pertanian menetapkan misi sebagai berikut:
a.
Menciptakan,
merekayasa dan mengembangkan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan
pembangunan di bidang pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna.
b.
meningkatkan efisiensi
dan percepatan diseminasi kepada para pengguna serta meningkatkan penjaringan
umpan balik inovasi pertanian.
c.
mengembankan jaringan
kerja sama nasional dan internasional dalam rangka penguasaan IPTEK dan
peningkatan peran dalam badan litbang pertanian dalam pengembangan agribisnis
dan pembangunan pertanian
d.
mengembangkan
kapasitas institusi badan litbang menuju pengelolaan litbang yang professional
dan berintegritas moral tinggi.
DINAMIKA
LINGKUNGAN STRATEGIS PEMBANGUNAN PERTANIAN
Lingkungan strategis pada tingkat internasional
yang paling dominan dalam mendorong perubahan struktur perekonomian dan tatan
masyarakat dunia di masa mendatang yang mempengaruhi arah dan sasaran penelitian
dan pengembangan di bidang pertanian adalah;
[a] liberalisasi pasar global dan ketidakadilan
perdagangan internasional
[b] perubahan sistem dan manajemen produksi
[c] perhatian pada perwujudan ketahanan pangan
dan pengentasan kemiskinan; dan
[d] kemajuan
pesat dalam penemuan dan pemanfaatan teknologi tinggi.
Di lain pihak, lingkungan strategis tingkat
nasional yang dominan mempengaruhi perubahan struktur perekonomian dan tatanan
masyarakat Indonesia
serta diperkirakan sangat berpengruh terhadap arah dan sasaran penelitian dan
pengembangan pertanian di masa mendatang adalah :
[a] penduduk dan pola permintaan pangan dan
bahan baku
[b] kelangkaan dan degradasi kualitas SDA
[c] karakteristik pertanian dan pedesaan Indonesia
[d] manajemen pembangunan; otonomi daerah dan
partisipasi masyarakat dan
[e] perkembanagan IPTEK nasional.
A.
Internasional
v
Liberalisasi pasar
global dan ketidakadilan perdagangan internasional.
Peningkatan perdagangan antar kawasan menuntut
peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia yang harus dicapai melalui
peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, perbaikan kualitas, dan
standarisasi melalui penerapan teknologi produksi, pengelolaan pasca panen dan
pengelolaan hasil. Implikasi dari hal itu adalah semakin besarnya tuntutan akan
kontribusi badan litbang pertanian dalam perumusan standar, penerapan cara
untuk memenuhinya, dan penyediaan teknologi yang diperlukan. Dalam kaitan itu,
badan litbang pertanian harus mendukung berbagai kebijakkan proteksi dan
promosi itu dengan kajian akurat mengenai dampak kebijakan perdagangan negara
lain terhadap kinerja sektor pertanian Indonesia, serta dengan melakukan
analisis dan sintesis kebijakan yang diperlukan untuk merumuskan rincian
kebijakan proteksi dan promosi untuk setiap komuditas atau produk pertanian
yang memerlukan kebijakan tersebut dalam pengusahaan dan perdagangannya.
Ø
Perubahan sistem dan
manajemen produksi.
Sejalan dengan semakin ketatnya persaingan
untuk memperoleh pangsa pasar, para pelaku usaha mengembangkan strategi
pengelolaan rantai pasokan ( supply chain management SCM ) yang
mengintegrasikan para pelaku dari semua segmen rantai pasokan secara vertical
ke dalam usaha bersama berlandaskan kesepakatan dan standarisasi proses dan
produk yang bersifat spesifik untuk setiap rantai pasokan. Kemampuan suatu
rantai pasokan merebut pasar, tergantung kinerja para pelaku di dalam rantai
itu dalam menyikapi permintaan konsumen menyangkut mutu, harga dan pelayanan.
Pada perkembangannya persaingan antar negara akan diterjemahkan menjadi
persaiangan antar rantai pasokan plus berbagai fasilitas yang dimungkinkan
melalui infrastruktur dan kebijakan. Perubahan sistem dan manajemen produksi
barang dan jasa tersebut terjadi secara pesat di sektor pertanian.
Negara-negara maju telah menggunakan sistem dan manajemen otomasi dalam
pengelolaan rantai pasokannya. Negara-negara yang terlambat mengantisipasi
perubahan tersebut, secara perlahan tapi pasti akan mengalami kekalahan dalam
daya saing produknya. Oleh karena itu, walaupun perubahan tersebut bersifat
jangka panjang, namun Indonesia
perlu mengantisipasi dalam perencanaan strategis badan litbang pertanian jangka
menengah terutama dalam pengembangan teknologi otomasi sektor pertanian.
Kesepakatan Internasional tentang perlindungan terhadap hak atas kekeyaan
intelektual ( HaKI ) melarang perusahaan domestic untuk meniru teknologi dan
merek dagang yang telah dipasarkan oleh perusahaan asing. Hal ini akan
mendorong komersialisasi HaKI secara global. Implikasi penting bagi badan
litbng pertanian dalam mencemati pergeseran sistem dan manajemen produksi di
masa yang akan datang adalah penyediaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi
produksi dan pengelolaan produk, serta mengembangkan model kelembagaan untuk
membangaun integrasi para pelaku usaha baik secra vertical maupun horizontal.
Ø
Perhatian kepada
perwujudan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, dan kelestarian lingkungan.
Ø
Pengentasan kemiskinan
Mengacu pada target tujuan pembangunan era
millennium, maka pada tahun 2015 proporsi penduduk miskin menjadi 7,15% atau
8,54 juta orang di perkotaan menjadi 8,40% atau 4,52 juta orang dengan demikian
selam periode 2002-2025, kita harus mampu menurunkan proporsi penduduk miskin
sebesar 13,94% atau 16,46 juta orang di pedesaan dan 6,10% atau 8, 48 juta
orang di perkotaan. Dengan melihat perkembangan penurunan jumlah penduduk
miskin selam periode sebelum krisis ekonomi, maka sangat mungkin bagi Indonesia
untuk mengupayakan pencapaian target yang di tetapkan dalam tujuan pembangunan
era millennium tersebut. Implikasi penting bagi badan litbang petanian dalam
membantu pencapaian target penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia
khususnya wilayah pedesaan adalah meningkatkan pemahaman mengenai karakteristik
dan akar masalah kemiskinan serta pengembangan teknologi peningkatan
produktivitas sektor pertanian.
Ø
Ketahanan pangan
Ketersedian pangan per kapita per hari dalam
bentuk kalori dan protein per kapita selama lima tahun terakhir rata-rata
kuantitasnya relative lebih dari cukup, yakni di atas 3000 kilo kalori dan di
atas 74 gram di bandingkan rekomendasi ketersediaan 2.250 kilo kalori dan 55
protein per kapita per hari. Selanjutnya data tahun 2003 menunjukan bahwa
ketergantungan terhadap impor (kalori) yang berasal dari bahan pangan, berkisar
0,0% pada daging ayam, telur, ubi jalar, dan ubi kayu hingga 2,2% pada beras. Angka ketergantungan yang
relative tinggi adalah gula 1,96%, kedelai 1,51%, dan jagung 1,25%.
Perkembangan ketergantungan tersebut berfluktuasi, namun secar umum turun. Pada
produk hewn relative tetap, kecuali susu yang cenderung naik. Dengan demikian
secara umum dapat di katakana bahwa ketahanan pangan nasional semakin mantap. Kekhawatiran sebagian pihak bahwa Indonesia
semakin terancam terperosot ke dalam perangkap ketergantungan impor pangan
tidak di dukung oleh data yang ada.
Ø
Perhatian
internasional terhadap klestarian lingkungan
Kesepakatan masarakat dunia terhadap pentingnya
pelestarin lingkungan dalam panjang di
tuangkan salah satu tujuan yaitu tujuan ketujuh dari delapan tujuan melenium development
goals.
Isu kelestarian lingkungan menjadi perhatian
internasional yang harus di perhatikan dan diatasi melalui langkah-langkah
antara lain:
(1) Mengintegrasikan prinip-prinsip
pembangunan berkelanjutkan kedalam kebijakan dan program pemerintah dalam upaya
mencegah degradasi kualitas lingkungan.
(2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi
secara berkelanjutan; dan
(3) Memperbaiki taraf hidup
penduduk miskin. Implikasi bagi bahan litbang pertanian adalah perlunya
menciptakan dan mengembangkan tekhnologi yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan.
Ketiga masalah yang menjadi perhatian
internasinal tersebut berimplikasi kepada program dan kegiatan badan litbang
pertanian untuk mendukung pembangunan pertanian dan pedesaan secara
terintegrasi. Oleh karena itu, program dan kegiatan badan litbang pertanian
harus di implementasikan melalui pendekatan yang lebih holistic mencakup aspek
produksi dan pasar dengan mengoptimalkan secara sinergis sumber daya alam, SDM,
teknologi, modal fisik dan modal social.
v
Kemajuan pesat dalam
penemuan dan pemanfaatan teknologi tinggi
Globalisasi ekonomi dan liberalisasi pasar
membuka peluang bagi persaingan produk pertanian dalam hal mutu dan harga.
Persaingan pasar yang ketat di tunjukkan dengan di berlakukannya ISO-9.000
(sistem menejemen mutu) yang telah di setujui oleh WTO. Kemajuan pesat terjadi
di bidang bioteknologi tanaman dan hewan yang di dukung dengan kemajuan ilmu
biologi molekuler dan berbagai Ilmu pendukungnya. Pemetaan genom berbagai
organisme, keberhasilan trasformasi dan regenerasi hasil rekayasa genetika
membuka peluang bagi pengembangan industri berbasis sumber daya hayati.
Penggunaan GMO dalam kaitan dengan keamanan pangan dan keamanan hayati masih
kontroversial. Tiadanya pengetahuan koseptual dan empiris yang kuay dan
meyakinkan menghasilkan sikap ragu-ragu dari penentu kebajikan terhadap GMO.
Mak negara-negara di dunia menempuh permissive policy atau precautionary policy
terhadap penggunaan GMO. Memperhatikan bernbagai perkembangan tersebut, badan
litbang perlu melakukan peningkatan kapasitas yang di miliki dan kesenjangannya
terhapap kemajuan iptek di lingkuup regional dan internasional. Perhatian
khusus perlu di berikan pada usaha penguasaan dan penerapan berbagai metode
ilmiah mutakhir di berbagai disiplin ilmu.
B.
Nasional
a.
Penduduk Permintaan
Pangan Dan Marjinalisasi Sektor Pertanian
o
Pergeseran Pangan Dan
Bahan Baku.
Dalam lima tahun
ke depan penduduk Indonesia
di perkirakan mencapai 230 juta. Terjadinya globalisasi akan mengubah selera
konsumen masyarakat ke selera global sehingga dapat meningkatkan subsitusi
antar produk kesadaran konsumen terhadap bahan makanan meningkat dan bergeser
dari permintaan terhadap komoditas ke prmintaan terhadap produk yang berkenaan
dengan kualitas, aspek keamanan dan kesehatan, kualitass dan harga. Pergeseran
permintaan produk pertanian tersebut makin nyata dalam lima tahun ke depan sejalan dengan
peningkatan pendapatan masyarakat.
Sampai dengan tahun 2005, Indonesia di perkirakan masih mengalami
defisit pangan utama. Untuk padi sebesar 2,5 juta ton, kedelai 1,5 juta ton,
gula 1,7 juta ton, daging sapi 0,8 juta ton sedangkan pangan lainnya mengalami
surplus. Ini menunjukan bahwa dalam ke depan Indonesia masih membutuhkan
pemacuan produksi pangan untuk mengurangi defisit.
o
Marjinalisasi Sektor
Pertanian
Seiring dengan perbaikan ekonomi nasional,
kemampuan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian mengalami peningkatan yang
cukup 1997) menjadi 40,35 juta orang per tahun pada masa pemulihan (2000-2002).
terutama terjadi pada tenaga kerja yang
bekerja penuh. Ini membutikan bahwa sektor pertanian sudah lepas dari
cengkeraman krisis okonomi sejak tahun 2000. kemampuan penyerapan tenaga kerja
sektor pertanian tersebut adalah sekitar 40% angkatan kerja nasional hanya
berasal dari kegiatan sektor pertanain primer, belum termasuk sektor sekunder
dan tersier sepanjang sistem vertikal dan usaha agrebisnis. Apabila tenega
kerja yang terserap pada sektor sekunder dan tersiernya, maka kemampuan sektor
pertanian tentu akan lebih besar lagi. Walaupun kemampuan sektor pertanian
dalam penyerapan tenaga kerja nasional sangat besar, disisilain justuru menjadi
beban dari sektor pertanian dalam meningkatkan produktifitas tenaga kerjanya.
Oleh karena itu, departemen pertanian telah mengupayakan semaksimal mungkin
untuk menciptakan nilai tamba diluar kegiatan pertanian primer yang mampu
dinikmati oleh rumah tangga tani melalui program pengembangan sistem dan usaha
agrebisnis. Walau melimpahnya ketersidaan tenaga kerja dipedesaan kondusif bagi
pertembuhan sektor pertanian, namun disisi lain merupakan beban bagi sektor pertanian karena pendapatan buruh tani
dan produktifitas tenaga kerja sektor pertanian semakin sulit di tingkatkan.
Selain itu,melimpahnya tenaga kerja di sektor pertanian justru menciptakan
persoalan baru yaitu terjadinya fragmentasi lahan dan menurunya luas penguasaan
lahan per rumah tangga yang akan melahirkan lebih banyak kemiskinan di sektor
pertanian untuk masa yang akan datang. Sebagai akibatnya ialah penduduk miskin
di sektor pertanian akan melimpa pula.
b.
Kelangkaan dan
degradasi kualitas SDA
Implikasi penting bagi badan litbang pertanian
adalah mencari sumber pertembuhan produksi baru melalui exsplorasi pembukan
lahan baru. Dalam lima
tahun kedepan, kita perlu memanfaatkan sencara optimal lahan kering yang banyak
tersedia di luar jawa. Berkaitan dengan hal tersebut, maka litbang pertanian
perlu mengindentifikasi lokasi dan luasan lahan kering yang cocok untuk
budidaya pertanian mengidamtifikasi komoditas yang memiliki keutungan
komparatif tertinggi dan merakit inofosi tehnologi budidaya di lahan yang
kering yang menghasilkan produktifitas tinggi efisien, dan melestarikan
sumberdaya dan lingkungan. Pada saat bersamaan, badan litbang pertanian dalam
kaitan dengan menurunnya efisiensi sistem irigasi dan penurunan kualitas DAS
perlu mencari inofasi tehnologi antara lain:
(1) varietas ungul baru
toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik dan produktifitasnya tinggi:
(2) pola menajemen air irigasi yang efisien:
(3) teknologi penanggulangan pelelahan lahan
(soil fatigue):
(4) sistem usaha tani konserfasi di DAS yang
berwawasan lingkungan :
(5) pengembangan komoditas
pertanian bernilai tinggi khusus untuk lahan sawah di jawa.
c.
Karakteristik
pertanian dan pedesaan Indonesia.
Ø
Penguasaan Aset lahan
Pertanian Indonesia didominasi pertanian skala
kecil, bahkan sebagian di antaranya dioprasikan oleh buruh tani yang tidak
memiliki lahan sensus pertanian 2003 menujukan bahwa jumlah rumah tangga (RT)
petani gurem ( kepemilikan lahan kurang dari 0,5 hektar ) meningkat dari 10,9
juta RT pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta RT pada tahun 2003. hasil penilitian
patanas ( 2000 ) tentang penguasahaan lahan lebih memperhatingkan lagi terutama
dalam penguasahaan lahan sawah. Di jawa, sekitar 88,00% rumah tangga petani
menguasai lahan sawah kurang dari 0,5 hektar dan sekitar 76,00% menguasai lahan
sawah kurang dari 0,25 hektar. Namun demikian kondisi pengusahan lahan sawah di
luar jawa masih lebih baik di banding di jawa. Di jawa pentani yang tidak
memiliki lahan, namun menggusai lahan garapan 0,264 ha sawah dan 0,389 ha lahan
kering. Di luar jawa justru lebih luas yaitu 0,775 ha sawa dan 0,49 lahan
kering ini menunjukan bahwa memang terjadi ketimpangan pemilikan lahan oleh petani.
Dengan kondisi pengusasahan lahan yang sempit dan terjadinya ketimpangan
pemilikan lahan maka mustahil petani kecil mampu meningkatkan kesejahtraannya
apabila mengenggantukan hidupnya pada mata pencarian yang berbasis pada lahan.
Ø
Infrastruktur
Selain pemilikan dan penguasahan lahan yang
sempit, infrastruktur pertanian Indonesia
sangat tidak memadai. Sarana jalan usaha tani tidak memadai untuk memanfaatkan
teknologi mekanisi secara efesien. Saluran irigasi yang ada sudah tua dan
tingkat efesiensinya sangat rendah, sementara pembagunan saluran irigasi yang
baru belum dapat di manfaatkan sepenuhnya.
Ø
Organisasi petani
Delivery dan receiving system yang sangat di
butuhkan untuk percepatan adopsi sangat buruk. Delivery system merupakan sysrem
yang memungkinkan pasokan input dari luar wilayah pertanian dan pemasaran out
put keluar wilayah pertanian berjalan lancar sehingga penerapan teknologi oleh
petani menjadi optimal.
d.
Manajemen pembangunan:
otonomi daerah dan partisipasi masyarakat.
Seiring dengan pelaksanaan era otonomi daerah
yang telah di mulai sejak tahun 2001, telah terjadi beberapa perubahan penting
yang berkaitan dengan peran pemerintah pusat dan daerah. Peran pemerintah yang
sebelumnya sangat dominant, saat ini berubah fasilitator, setimulator atau promoter
pembangunan pertanian.
Tuntutan jaman menghendaki pergeseran peranan
masyarakat yang lebih dominan dari pada masyarakat. Dengan demikian, reformasi
total menuntut perlunya segera melaksanakan rekonstruksi kelembagaan
pemerintahan public berdasarkan prinsip good governance dengan tiga
karakteristi utama, yaitu kredibilitas, akuntabilitas, dan transparansi.
Implikasi penting dari meningkatnya partisipasi
masyarakat tersebut adalah perlunya badan litbang pertanian merumuskan
mekanisme perencanaan penelitian maupun pengkajian dengan memperhatikan
keinginan petani, pelaku agribisnis dan steak holder.
e.
Perkembangan IPTEK
nasional
Implikasi penting bagi badan litbang pertanian
adalah perlunya memperluas jaringan kerja sama penelitian antar lembaga
penelitian nasional baik secar sinergis. Meningkatkan akuntabilitas dan
kredibilitas lembaga dengan meninggkatkan efektivitas dan efisien program serta
peningkatam kualitas SDM. Meningkatkan pemuasaan iptek mutakhir dalam
pelakssanaan penelitian dan pengembangan pertanian serta kemutakhiran teknologi
yang di hasilkan.
STATUS KINERJA LITBANG PERTANIAN 1999-2004 DAN KONDISI YANG
DI HARAPKAN 2005-2009
- dukungan kelembagaan, SDM, dan pembiyayaan
perubahan tatanan organisasi badan litbang pertanian sampai
pada bentuknya sekarang, di dahului dengan berbagai proses perubahan yang
terjadi sebelumnya. Selam periode 1999-2004 terjadi revitalisasi puslit, BPTP
dan LPTP, reposisi balai penelitian secara pembentukan balai penelitian dan
lokalit baru, seperti berikut: (a) puslit menjadi puslitbang; (b) nama BPTP
tidak di dasarkan lokasi desa atau
kecamatan tetapi di dasarkan atas provinsi; (c) semua IPPTP di tingkatkan statusnya menjadi BPTP; (d) pustaka
secara administratif berada di bawah
secretariat jendral departemen pertanian, tetapi secara teknik berada di bawah
badan litbang pertanian; (e) puslitbang perikanan di serahkan kedepartemen
kelautan dan perikanan.
Dalam kerangka operasonal, pelaksanaan visi dan misi badan litbang pertanian sesuai dengan
renstra 2001-2004 di laksanakan dengan implementasikan tujuh program utama
litbang pertanian yaitu
(1) program utama penelitian sumber daya
pertanian
(2) program utama penelitian perbaikan potensi
komoditas
(3) program utama penelitian bioteknologi
(4) program utama penelitian social ekonomi dan
kebijakan
(5) program utama pengkajian dan pengembangan
teknologi spesifik lokasi
(6) program utama komunikasi hasil penelitian
(7) program utama pengembangan kelembagaan.
Tujuh program utama tersebut merupakan induk
dari seluruh kegiatan badan litbang pertanian dalam satu kesatuan yang tidak
dapat di pisahkan.
Secara
keseluruhan badan litbang pertanian memiliki sumber daya manusia yang kuat,
baik dari segi jumlah maupun kualitasnya.
Pembiayaan litbang pertanian merupakan salah
satu input kinerja badan litbang pertanian yang sangat strategis dalam upaya
pencapaian kinerja secara maksimal. Keragaan anggaran litbang pertanian tahun
1999-2005 mengindikasikan bahwa pembiyayaan litbang pertanian masih sangat
tergantung dari dana pinjaman luar negeri (PLN) yang di kelola melalui proyek
pinjaman bank dunia dan bank pembangunan Asia.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap
PLN, badan litbang ke depan terus mengupayakan sumber-sumber pendanaan litbang
lainnya, antara lain dengan mengembangkan kerja sama kemitraan dalam dan luar
negeri. Kerja sama dalam negeri akan
terus di intensifkan melalui kemitraan yang saling menguntungkan dengan
berbagai mitra antara lain: dunia usaha, pemerintah daerah, petani, usaha kecil
menengah (UKM), lembaga swadaya masyarakat (LSM) badan usaha milik negara dan
pelaku agribisnis lainnya.
Kerja sama luar negeri akan di kembangkan
secara bilateral dan bentuk hibah atau transfer ilmu pengetahuan dan teknologi
maupun kerja sama trilateral, melalui pemanfaatan tenaga ahli badan litbang
pertanian di negara-negara berkembang dengan pendanaan dari pihak ke tiga (
negara pendonor).
B.
Status kinerja litbang
pertanian 1999-2004
Dalam periode 1999-2004 sejumlah inovasi
teknologi telah banyak di hasilkan oleh badan litbang pertanian antara lain di
tandai dengan penemuan bibit unggul., pola usaha tani, inovasi teknologi
budidaya, pasca panen, dan mekanisasi pertanian yang bahkan beberapa di antara
telahdirasakan manfaat dan dampak secara luas.
Menurut laporan study dampak terhadap
pelaksanan kegiatan litbang yang di biayaai dari proyek Agricultural Research
Management II pada tahun 2001, di
laporkan bahwa dengan investasi litbang
melalui pinjaman bankdunia sebesar US $ 50 juta selam lima tahun telah mendorong dampak ekonomi
lebih dari US $ 500 juta.
Kerja sama di bidang pengelolaan sumber daya
pertanian di lakukan dengan berbagai pihak dan mencakup berbagai kegiatan yang
pada intinya berusaha untuk meningkatkan penggunaan pupuk yang lebih efektif
dan efisien, peningkatan produksi pangan dan perkebunan efisiensi penggunaan
air dan analisis agroklimat untuk penanggulangan banjir dan kekeringan.
C.
Harapan kinerja
litbang pertanian 2005-2009
Kegiatan penelitian dan pengembangan dalam
bidang masalah tanah dan agroklimat di arahkan untuk menghasilkan keluaran yang
di butuhkan pengguna sebagai kelanjutan dari kegiatan periode sebelunya. Dalam
rangka mendukung perencanaan dan pengembangan pertanian di perlukan
inventarisasi dan evaluasi potensi sumber daya tanah dan agroklimat untuk
menghasilakan arahan perwilayahan komoditas pertanian unggul, maka dari itu di
butuhkan teknologi pengelolaan lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah baik
fisik, kimia, maupun biologi tanah sangat penting agar kelestarian produktivitas
lahan pertanian dan lingkungan dapat di jaga. Mengingat status kesuburan tanah
yang ada di Indonesia
umumnya rendah sampai sangat rendah, dan bervariasi antara tempat satu dengan
tempat lainnya, baik untuk lahan sawah, lahan kering maupun lahan rawa. Oleh
karena itu pada periode 2005-2009 mendatang sangat di perlukan penelitian
dan pengembangan teknologi peningkatan
produktivitas lahan sawah lahan kering dan lahan rawa.
Pada lima
tahun yang akan datang di perlukan penelitian dan pengembangan berbasis
kemitraan dengan berbagai pihak (pemerintah, masyarakat dan pengusaha dll.)
penelitian-penelitian berdasarkan permintaan para pengguna untuk pengembangan
sistem dan usaha agribisnis yang berbasis sumber daya lahan juga akan di
laksanakan.
Unttuk mencapai kondisi yang di harapkan pada
periode 2005-2009 mendatang perakitan varietas unggul yang sesuai dengan
keinginan pasar, maka kegiatan pemuliaan di arahkan melalui pendekatan kemitraan
dengan swasta pengguna (pemuliaan partisipatif) dan perlu di dukung aplikasi
bioteknologi. Peningkatan keragaman genetic tanaman hortikultura tidak cukup
hanya di lakukan melalui cara konvensional saja. Kegiatan pemuliaan tanaman
juga membutuhkan teknik seleksi yang cepat dan efektif di mana penggunaan
teknologi marka molekuler merupakan alternative yang cukup efekif. Kegiatan lain menonjol adalah pengembangan
produksi benih sumber, penerapan sistem produksi yang ramah lingkungan,
produksi biopestisida, dan dan pengembangan model inovasi agribisnis
hortikultura.
Kegiatan ini yang akan di prioritaskan adalah
pengembangan budidaya mangga di daerah beriklim basah, pengembangan budi daya
kentang di dataran medium, konsorsium industri benih, membangun jaringan kerja
iptek hortikultura nasional, menginisiasi jaringan kerja pemuliaan partisipatif
nasional, pengelolaan plasma nutfah hortikultura, produksi, pengelolaan dan
kelembagaan benih sumber, profil
komoditas sintesis kebijakan dan kelembagaan, dan pengembanagan usaha tani
periurban dan dataran tinggi.
TUJUAN, SASARAN, STRATEGI
Dalam jangka menengah (2005-2009) visi dan misi
badan litbang pertanian di jabarkan ke dalam tujua dan sasarn penelitiandan
pengembanagan pertanian.
a. tujuan litbang pertanian
1.
mengeksplorisasasi,
mengidentifikasi, mengkarakterisasi, mengkonservasi, dan meningkatkan manfaat
potensi sumber daya genetic pertanian secari lestari
2.
mengidentifikasi,
mengkarakterisasi, dan menghasilkan teknolgi pemanfaatan secara optimal,
potensi sumber daya tanah, air, dan agroklimat.
3.
menghasilkan dan
mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian untuk meningkatkan efisiensi usaha
dan daya saing produk pertanian.
4.
menghasilkan
rekomendasi kebijakan social, ekonomi, dan rekayasa kelembagaan dalam rangka
mendukung oengembangan agribisnis dan pembangunan pertanian.
5.
menghasilkan model
pengembangan agribisnis bebbasis komoditas, agroekosistem, dan wilayah yang di
dukung inovasi pertanian.
6.
meningkatkan kapasitas
dan profesionalisme serta integritas moral SDM, kualitas dan keterrsediaan
sarana pra sarana serta budaya kerja inovatif dan berorientasi bisnis
b. sasaran
1.
berfunsinya sistem
pengelolaan plasma nutfah tanaman ternak, dan mikroba pertanian untuk melayani
kebutuhan penelitian dan kebutuhan komersial.
2.
tersedianya dan
berfungsinya teknologi pengelolaan sumber daya lahan, air agroklimat secara
optimal
3.
tersedianya dan
berfunsinya inovasi teknologi dalam bidang pengelolaan sumberdaya pertanian,
sistem dan teknik produksi komoditas, mekanisasi pertanian, pengelolaan, pasca
panen dan pengalolaan hasil pertanian.
4.
di hasilkannya, tersedianya,
dan manfaatnya, benih dan bibit penjenis bermutu dari varietas tanaman dan
strain ternak, dan produk biologis unggul
5.
tersedianya dan
berfungsinya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.
6.
terseedianya dan
berfungsinya model pengembangan agribisnis berbasis komoditas, agro ekositem
atau wilayah, yang di dukung inivasi teknologi pertanian.
7.
tersedianya dan
berfungsinya rekomendasi kebijakan social, ekonomi, dan kelembagaan untuk
mendukung pengembangan agribisnis dan pembangunan pertanian wilayah dan
nasional
8.
meningkatnya
intensitas efektifitas dan efisiensi, diseminasi dan mekanisme penjaringan
umpan balik inovasi dari pengguna.
9.
meningkatnya kapasitas
dan profesionalisme SDM, kualitas dan ketersediaan sarana pra sarana serta
buday kerja inovatif dan berorientasi bisnis.
c. Strategi
1.
komoditas prioritas.
2.
kesesuaian pada
masing-masing wilayah agroekosistem
3.
bidang masalah yang
akan di tangani
strategi pembangunan pertanian lima tahun ke depan
a.
meningkatkan
efektifitas, efisiensi, dan mutu ( SO)
b.
membaca isyarat jaman
(ST)
c.
memperkuat pijakan
(WO)
d.
mengembankan budaya
hemat dan cermat (WT).
hasil analisis tapisan menghasilkan rumusan lima strategi utama dari
11 alternatif strategi badab litbang prtanian periode 2005-2009 adalah:
1.
meningkatkan
pemanfaatan sumber daya dan memfokuskan pada kegiatan penelitian unggulan
litbang secar optimal.
2.
menajamkan skala
prorioritas serta memperkuat keterkaiatn dan keselarasan litbang dengan
kebutuhan pengguna.
3.
meningkatkan
relevansi, kualitas, nilai tambah ilmiah dan nilai tambah ekonomi.
4.
meningkatkan kerja
sama penelitian dan komersialisasinya dengan lembaga litbang lain, perguruan
tinggi, LSM, dan swasta.
5.
meningkatkan
ekselerasi diseminasi serta mekanisme umpan balik inovasi pertanian.
PENCAPAIAN TUJUAN
–SASARAN
1.
kebijakan
1.
kebijakan umum
pembangunan pertanian.
Ø
Melaksanakan manajemen
pembangunan yang bersih, trasparan, dan bebas KKN melalui penyusunan kebijakan
peningkatan kesejahteraan pegawai.
Ø
Meningkatkan
koordinasi dalam penyusunan kebijakan dan menejemen pembangunan pertanian
melalui peningkatan keterbukaan dalam perumusan kebijakan dan menejemen
pembangunan pertanian.
Ø
Memperluas dan
memanfaatkan basis produksi secar berkelanjutan melalui peningkatan inventasi
swasta, penetapan hak, kepemilikan, dan penggunaan lahan pertanian, serta
pembukaan lahan pertanian baru.
Ø
Meningkatkan kapasitas
kelembagaan dan memperdayakan SDM, pertanian melalui revitalisasi penyuluhan,
meningkatkan akses petani terhadap sumber daya produktif dan permodalan, peningkatan
kompetensi dan moral aparatur pertanian.
Ø
Meningkatkan ketersediaan
sarana dan pra sarana pertanian melalui pengembangan sarana dan par sarana.
Ø
Meningkatkan inovasi
dan seminasi teknologi tepat guna melalui peningkatan respon terhadap
permasalahan dan kebutuhan.
2.
kebijakan penelitian
dan pengembangan pertanian
untuk mencapai berbagai tujuan dan sasaran tersebut, maka
badan litbang pertanian menetapkan kebijakan dalam penelitian dan pengembangan sebagai
berikut:
o
program litbang diarahkan sesuai kebutuhan pengguna yaitu
petani, usaha kecil menengah (UKM), dan swasta lainnya.
o
Fokus litbang pada
komoditas unggulan secara komprehensif untuk pengembangan produk berdaya saing
o
Program pengkajiaan di
arahkan untuk optimalisasi pemanfaatan sumber daya pertanian spesifik lokasi.
o
Kegiatan litbang di
laksanakan sejalan dengan upaya peningkatan penguasaan dan pengembangan iptek
pertanian.
o
Pengembangan dan
keperluasan jaringan kerja sama dengan lembaga penelitian, dunia usaha, dan
mitra kerja lainnya di dalam dan luar negeri.
Program pembangunan pertanian periode 2005-2009 adalah:
-
peningkatan ketahanan
pangan
-
pengembangan
agribisnis
-
peningkatan
kesejahteraan petani
Saya tidak bisa cukup berterima kasih kepada layanan pendanaan lemeridian dan membuat orang tahu betapa bersyukurnya saya atas semua bantuan yang telah Anda dan staf tim Anda berikan dan saya berharap untuk merekomendasikan teman dan keluarga jika mereka membutuhkan saran atau bantuan keuangan @ 1,9% Tarif untuk Pinjaman Bisnis. Hubungi Via:. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. Terus bekerja dengan baik.
BalasHapusTerima kasih, Busarakham.